Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal tahun ini, pemerintah memanfaatkan suasana pasar keuangan yang kondusif untuk menggenjot penerbitan surat utang alias frontloading. Kendati menilai strategi pemerintah ini baik, para ekonom mengingatkan akan potensi terjadinya pengetatan likuiditas yang perlu diantisipasi pemerintah.
Berdasarkan data APBN Januari 2019, pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp 119,54 triliun atau naik 670% dibanding Januari 2018 yang hanya Rp 15,52 triliun.
Ekonom Universitas Indonesia Ari Kuncoro memandang, langkah pemerintah melakukan frontloading terbilang wajar. Ari sepakat, pemerintah mesti mengantisipasi potensi ketidakpastian pasar secara global yang beragam seperti perang dagang, suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), hingga potensi perlambatan ekonomi AS maupun negara lainnya.
"Frontloading ini sebagai bridging financing, mumpung bunga AS belum naik lagi, kurs rupiah sedang kuat, dan di tengah penerimaan dari sisi pajak yang biasanya juga belum tumbuh tinggi di kuartal-I," kata Ari, Minggu (25/2).
Kendati begitu, Ari memperingatkan adanya potensi pengetatan likuiditas di tengah kecangnya penarikan utang oleh pemerintah. Ibarat transfusi darah, Ari menyarankan pemerintah segera mengembalikan dana masyarakat yang ditarik agar kembali ke masyarakat lagi.
Menurut Ari, caranya ialah dengan segera menempatkan dana hasil penerbitan SBN di perbankan. "Jadi jangan ditahan di Bank Indonesia, tapi segera ditempatkan di bank-bank besar sehingga uang beredar dan bisa dimanfaatkan bank untuk menyalurkan kredit," kata Ari.
Dengan begitu, uang pun kembali ke masyarakat sehingga likuiditas bisa tetap terjaga.
Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menyoroti potensi pengetatan likuiditas akibat gencarnya penerbitan surat utang pemerintah. Oleh sebab itu, BI berperan penting untuk menjaga ketersediaan likuiditas di pasar.
"Ada potensi tarik menarik dana antara pemerintah dan perbankan, apalagi pertumbuhan kredit diperkirakan masih akan berkisar 10% sampai 12% sepanjang tahun ini," tandas Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News