kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Inflasi inti melambat, daya beli masih stagnan


Kamis, 01 Februari 2018 / 20:18 WIB
Ekonom: Inflasi inti melambat, daya beli masih stagnan
ILUSTRASI.


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka inflasi inti yang menggambarkan permintaan masyarakat, menurun lagi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi inti Januari 2018 sebesar 2,69% year on year (yoy), melambat dibanding Desember 2017 yang sebesar 2,95% yoy.

Bahkan, inflasi inti Januari 2018 jauh lebih rendah dibanding inflasi inti Januari 2017 yang sebesar 3,35% yoy. Sementara inflasi inti Januari 2016 3,62% yoy.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, inflasi inti lebih banyak mewakili sisi permintaan. Oleh karena itu lanjutnya, jika inflasi inti melambat maka permintaan pun melambat. "Grafik inflasi inti dan penjualan ritel itu mirip," kata Lana kepada Kontan.co.id, Kamis (1/2).

Melihat kondisi penjualan ritel Ramayana di Desember 2017 masih belum mengalami perbaikan signifikan, Lana memperkirakan, kondisi yang sama akan terjadi di Januari tahun ini. "Maka isunya masih sama, masih ada daya beli yang stagnan," tambahnya.

Lana memperkirakan perlambatan permintaan bisa jadi disebabkan oleh faktor musiman. Namun, dengan kondisi inflasi inti tahunan Januari 2018 yang lebih lambat dibanding Januari 2017 dan Januari 2016, maka stagnannya daya beli masyarakat belum melewati titik terendahnya.

Ia melihat ada dua penyebab utama yang mempengaruhinya. Pertama, isu perpajakan yang pada tahun ini pelaporan data nasabah dengan jumlah rekening tertentu ke Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak mulai berlaku di tahun ini. Lana bilang, jika masyarakat masih mengkhawatirkan isu perpajakan maka hal itu akan membuat masyarakat menahan konsumsinya.

Kedua, harga CPO yang belum meningkat yang membuat konsumsi di luar Jawa masih staganan. "Luar Jawa 42% sumbangannya ke Produk domestik Bruto (PDB), cukup besar. Sementara PDB kita 55% porsinya dari konsumsi rumah tangga," kata Lana.

Lana juga menilai, banyaknya event besar yang akan diselenggarakan di tahun ini akan berdampak pada konsumsi. Namun, tidak terlalu besar. Pihaknya memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga 2018 hanya akan mencapai 5,01% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×