Reporter: Abdul Basith | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak dunia serta akan masuknya puasa dan Lebaran berpotensi mendorong inflasi. Saat ini, harga minyak dunia sudah mencapai US$ 70 per barel, atau naik sekitar 25% sejak awal tahun.
Kenaikan harga minyak akan mengerek harga lainnya, seperti bahan bakal minyak (BBM).
"Harga minyak yang tinggi akan membuat harga BBM tinggi dan berpengaruh pada harga barang lain meski kenaikannya tidak setinggi harga BBM," ujar Pengamat Ekonomi dari Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, Senin (29/1).
Kenaikan harga BBM akan berpengaruh bagi biaya distribusi barang yang beredar. Apabila ongkos distribusi naik, harga barang ikut terkerek naik.
Lana bilang, harga minyak sulit diintervensi oleh pemerintah dikarenakan faktor penentuan harganya dipengaruhi oleh kondisi internasional. Pemerintah hanya dapat melakukan intervensi bagi harga domestik.
Kenaikan harga minyak dunia bisa diatasi pemerintah dengan melakukan subsidi. Namun, hal tersebut tidak akan berpengaruh bagi jenis BBM lainnya yang tidak mendapat subsidi.
Inflasi harga pangan
Tidak seperti harga minyak, harga pangan jauh lebih dapat dikendalikan oleh pemerintah. Meski akan terdapat puasa dan lebaran pada kuartal kedua tahun 2018, harga pangan akan dikendalikan pemerintah.
"Pemerintah dapat dikendalikan oleh pemerintah seperti tahun sebelumnya tetapi tetap berpotensi mendorong inflasi," terangnya.
Hal itu berkaca dari puasa dan Lebaran pada tahun 2017. Saat itu pemerintah berhasil menekan harga dengan melakukan intervensi terhadap harga dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas gula, minyak goreng, dan daging beku. Pengaturan harga itu berpengaruh menekan inflasi.
Ditambah lagi kejelian dalam melihat masa panen dapat membuat pemerintah lebih mengendalikan harga. Beberapa bulan yang akan datang akan tiba masa panen sehingga harga akan lebih terjangkau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News