kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom Indef minta BKPM tidak obral jumlah penduduk dalam menarik investasi


Kamis, 07 Februari 2019 / 21:29 WIB
Ekonom Indef minta BKPM tidak obral jumlah penduduk dalam menarik investasi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peneliti Institute for Development of Economics adn Finance (INDEF) Ariyo DP Irhamna meminta agar Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berhenti mempromosikan  Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dalam menarik investasi asing.

BKPM menjual jumlah penduduk semata, maka investasi asing langsung di Indonesia menjadi tidak berkualitas. Pasalnya, investor asing yang masuk ke Indonesia hanya mencari pasar dan  bukan masuk ke Indonesia lantaran bisa memungkinkannya bersaing di pasar international.

"Mayoritas investasi asing di Indonesia merupakan market seeking FDI dan resource seeking FDI, bukan efficiency seeking FDI atau capabilities seeking FDI," ujar Ariyo, Kamis (7/2).

Yang menjadi masalah, lanjut Ariyo, investor yang masuk ke Indonesia justru bukan perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor, tetapi perusahaan yang berorientasi pada impor. Alhasil, ini berdampak buruk pada neraca dagang yang kembali mencatat defisit.

"Beberapa tahun terakhir di mal banyak toko baru atau toko furniture dari eropa. Dia berbentuk investasi tetapi produknya impor. Jadi mereka investasi di sini untuk jualan," tutur Ariyo.

Tak hanya itu, ia mengatakan investasi asing yang masuk ke Indonesia tidak berkualitas lantaran investasi tersebut tidak mendukung industri. Ini bisa dilihat dari industri pengolahan yang turun lebih rendah.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi asing di sektor industri pengolahan di tahun 2018 sebesar USS 10,4 miliar, angka ini turun dari realisasi tahun 2017 yang sebesar US$ 13,1 miliar, bahkan turun dari realisasi di 2016 yang sebesar US$ 16,7 miliar.

Sementara, realisasi investasi asing di sektor jasa di 2018 sebesar US$ 14,1 miliar, naik dibandingkan realisasi di 2017 yang sebesar US$ 13 miliar, dan tahun 2016 yang sebear US$ 7,8 miliar.

Meski begitu, Ariyo mengakui, investasi asing masih mencatat hal yang positif. Pasalnya investasi asing di Indonesia saat ini tak lagi terpusat di Jawa. Menurutnya, investasi asing sudah mulai menyebar ke pulau-pulau lain.

Ini bisa dilihat dari investasi asing di Jawa yang pada 2010 sebesar 70% menjadi sebesar 58% di 2018. Investasi asing di Sumatera juga meninkgat 16% di 2018, sementara di 2010 hanya sebesar 4,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×