Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga minyak pada perdagangan, Senin (13/7), turun lagi. Minyak mentah West Texas Intermediate di Amerika Serikat, turun sekitar 90 sen di US$ 51,83 per barel pada Senin. Sementara itu, minyak mentah Brent turun satu dolar ke US$ 57,74 per barel.
Ekonom Bank BCA David Sumual memprediksi, harga minyak dunia ke depan masih dalam posisi stagnan. Menurut David, ke depan OPEC masih akan tetap mempertahankan produksi.
Padahal permintaan global cenderung menurun mengingat kinerja ekonomi global yang masih lemah. Selain itu, produksi Shell Oil masih akan tinggi. Untuk produksi minyak mentah Amerika Serikat lanjut David, kian meningkat dari yang tadinya 4 juta barel per hari menjadi 8 juta barel per hari.
"Ini yang dikhawatirkan produsen Timur Tengah karena mereka sudah mulai ekspor juga ke Asia Pacifik. Ini yang buat pasarnya lemah, demand lemah. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China, sebagai konsumen terbesar, juga melemah," kata David, Senin.
Ditambah lagi dengan adanya kabar-kabar negatif dari kondisi Yunani dan China serta kepastian kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed rate), bisa membuat harga minyak dunia masih berada pada kisaran US$ 50 juta per barel.
Dengan kondisi ini pula, David memperkirakan bahwa pemerintah RI tidak akan melakukan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, selain harga minyak yang melemah, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat juga masih mengalami depresiasi.
Kendati demikian, ada kemungkinan harga minyak dunia mulai membaik pada 2016 mendatang seiring dengan proyeksi pulihnya ekonomi global. Dengan kondisi yang mendukung di tahun depan, harga minyak dunia diperkirakan bisa bangkit ke US$ 50-70 juta per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News