kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.455   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.904   71,95   1,05%
  • KOMPAS100 1.002   11,79   1,19%
  • LQ45 776   8,71   1,14%
  • ISSI 220   2,83   1,30%
  • IDX30 402   3,45   0,86%
  • IDXHIDIV20 475   2,17   0,46%
  • IDX80 113   1,32   1,18%
  • IDXV30 115   0,23   0,20%
  • IDXQ30 132   0,94   0,72%

Ekonom: Family Office Bisa Turunkan Kepatuhan Wajib Pajak Kelas Menengah


Kamis, 01 Agustus 2024 / 05:00 WIB
Ekonom: Family Office Bisa Turunkan Kepatuhan Wajib Pajak Kelas Menengah
ILUSTRASI. Ekonom menilai pembentukan Family Office bisa menurunkan kepatuhan wajib pajak kelas menengah.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Pemerintah terus mematangkan rencana pembetukan Family Office di Indonesia. Aturan teknis pembentukan Family Office di Indonesia ditargetkan rampung sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) lengser, atau sebelum Oktober 2024.

Direktur Eksekutif The Prakarsa, Ah Maftuchan khawatir, pembentukan Family Office akan menurunkan kredibilitas pemerintah di mata rakyat biasa lantaran pemerintah bisa dianggap terlalu tunduk terhadap keluarga super kaya bahkan bisa menggerus kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) kelas menengah.

"Family Office dapat menurunkan kepatuhan pajak WP OP, khususnya WP pribadi kelas menengah. Padahal, selama ini penerimaan negara dari WP pribadi kelas menengah ini yang paling besar," kata Maftuchan kepada Kontan.co.id, Rabu (31/).

Baca Juga: Pengamat Ungkap Sederet Kerugian Pembentukan Family Office Bagi Indonesia

Menurutnya, pembentukan badan tersebut akan menciderai rasa keadilan wajib pajak, di mana yang wajib pajak bawah-menengah di kejar dan diperketat, sementara wajib pajak keluarga superkaya diberi kelonggaran dan dikecualikan.

Tidak hanya itu, Family Office juga berpotensi menjadi sarana bagi orang-orang super kaya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum. Misalnya saja praktik pencucian uang lintas negara, baik yang bersumber dari aktivitas legal maupun aktivitas ilegal seperti narkoba, judi, perdagangan orang/human trafficking hingga penyelundupan barang dagangan.

"Pemerintah jangan terlalu silau dengan Family Office dan jangan terlalu lugu atau pura-pura lugu dengan Family Office," imbuhnya.

Baca Juga: Ekonom: Pembentukan Family Office Cuma FOMO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×