kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.282   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.170   51,91   0,73%
  • KOMPAS100 1.045   10,52   1,02%
  • LQ45 802   7,07   0,89%
  • ISSI 232   2,10   0,91%
  • IDX30 416   1,82   0,44%
  • IDXHIDIV20 488   2,33   0,48%
  • IDX80 117   0,95   0,82%
  • IDXV30 120   0,18   0,15%
  • IDXQ30 134   0,65   0,48%

Ekonom DBS: Perang Dagang Belum Jadi Ancaman Serius bagi Indonesia


Rabu, 21 Mei 2025 / 17:31 WIB
Ekonom DBS: Perang Dagang Belum Jadi Ancaman Serius bagi Indonesia
ILUSTRASI. The U.S. flag, decreasing stock graph and word 'Tariffs' are seen in this illustration taken, April 4, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan berbagai negara, Indonesia dinilai tidak berada di garis depan risiko.

Kepala Ekonom DBS Group Taimur Baig menyatakan bahwa masih banyak negara lain yang lebih bergantung pada perdagangan dan memiliki eksposur yang jauh lebih besar terhadap AS.

“Kami tidak melihat Indonesia sebagai negara yang paling terdampak dalam eskalasi perang dagang ini,” ujar Taimur dalam media briefing di Jakarta, Rabu (21/5).

Baca Juga: GM Bakal Setop Ekspor Kendaraan dari AS ke China, Ini Alasannya

Ia mencontohkan, negara-negara seperti Vietnam, Taiwan, Malaysia, dan Singapura memiliki proporsi ekspor ke AS yang jauh lebih besar dibandingkan Indonesia.

Sekitar 25% ekspor Vietnam ditujukan ke AS, sementara porsi ekspor Indonesia ke negara tersebut relatif kecil.

Meski demikian, Taimur mengingatkan bahwa ada beberapa sektor ekspor utama Indonesia yang patut dicermati jika ketegangan dagang kembali meningkat.

Sektor-sektor tersebut antara lain elektronik dengan nilai ekspor sekitar US$ 5 miliar, tekstil dan pakaian jadi sekitar US$ 4,5 miliar, serta produk alas kaki.

Namun demikian, dibandingkan negara lain seperti China dan Bangladesh, tekanan tarif terhadap produk Indonesia masih tergolong rendah.

Lebih lanjut, Taimur menekankan bahwa Indonesia masih memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor berbagai komoditas strategis seperti nikel, batu bara, karet, tembaga, dan produk berbasis energi.

Baca Juga: Tensi Perang Dagang Menekan Pusat Manufaktur dan Industri Orientasi Ekspor di Jabar

Meski risiko langsung terhadap Indonesia tergolong rendah, Taimur mengingatkan adanya potensi efek lanjutan (second-round effect) yang patut diwaspadai.

“Jika China atau kawasan Asia secara umum mengalami perlambatan ekonomi, dampaknya bisa terasa pada ekspor Indonesia ke negara lain, bukan hanya ke AS. Ini juga dapat memengaruhi sentimen di pasar keuangan dan pergerakan modal,” jelasnya.

Selanjutnya: BUMN atau Swasta, Bahlil Ancam Alihkan Blok Migas Mangkrak ke Kontraktor Lain

Menarik Dibaca: Cara Membuat Parfum Sendiri dari Essential Oil, Gampang Banget

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×