Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economy (Core) memprediksi pertumbuhan industri manufaktur tahun 2019 hanya dikisaran 4,26%-4,3%. Pasalnya perkembangan manufaktur di banding kuartal III-2018 juga mengalami perlambatan.
"Tahun 2019 pertumbuhan industri manufaktur tumbuh marjinal," ungkap Ekonom Senior Core Ina Primiana saat pemaparan Core Economic Outlook di Graha Niaga, Rabu (22/11).
Ina menjelaskan penyebabnya adalah adanya potensi biaya produksi yang meningkat karena kenaikan harga BBM di tahun 2019. Hal ini mempengaruhi daya produksi. Kemudian didukung dengan pelemahan rupiah yang juga berpengaruh pada biaya produksi.
Selain itu ekspor juga diduga akan melemah karena perang dagang AS-China terutama pada semester awal tahun depan. Hal ini dapat mempengaruhi peluang penurunan permintaan global.
Sedangkan dari sisi kebijakan, pajak insentif manufaktur dirasa kurang memadai. Insentif manufaktur hanya tumbuh 2% selama dua tahun terakhir.
Belum lagi persoalan restitusi pajak, kebijakan non tarif (NTM) & tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk hambat impor belum maksimal serta sumber daya manusia yang tidak siap pakai.
"Hal lain yang hambat adalah kebijakan resolusi pajak yang masih butuh waktu satu tahun, dan insentif pajak yang belum berdampak maksimal," jelasnya lagi.
Pertumbuhan industri pengolahan (manufaktur) pada kuartal III-2017 tercatat 4,85% year on year (yoy) sedangkan pada kuartal III-2018 hanya 4,32% yoy.
Selain itu, share manufaktur terhadap PDB tahun kalender tercatat hanya 21,05%, turun dibanding tahun 2017 yang sebesar 21,22%. "Ini terus alami tren penurunan," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ina juga menjelaskan di tahun 2019 sektor manufaktur yang potensial adalah makanan dan minuman yang tumbuh 9,8%-10,3%, tekstil di level 8,1%-8,4%, dan alat angkutan yang tumbuh di kisaran 4,7%-5,2% dari yang sebelumnya di tahun 2018 tercatat 4,59%.
Potensi permintaan di 2019 terjadi pada konsumsi domestik yang tumbuh 5%, perkembangan transportasi online, dana bantuan sosial yang tumbuh 26% pada APBN 2019 serta momentum tahun politik yang banyak menyumbang pada permintaan tekstil serta makanan dan minuman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News