kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,91   8,27   0.89%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Celios: Ketergantungan pada komoditas akan memperburuk perekonomian Indonesia


Rabu, 15 September 2021 / 21:16 WIB
Ekonom Celios: Ketergantungan pada komoditas akan memperburuk perekonomian Indonesia
ILUSTRASI. Sebuah articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, jika Indonesia terus ketergantungan pada sektor komoditas maka akan memperburuk perekonomian.

“Salah satunya harga komoditas itu relatif fluktuatif dan sulit sekali untuk diperkirakan. Sehingga ketika harga komoditasnya mengalami penurunan maka kinerja ekspornya akan terpukul,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (15/9).

Selain itu, Dia mengatakan, ketika Indonesia terus bergantung untuk mengekspor komoditas yang mentah dan olahan yang primer, maka dampak atau multiplier komoditas terhadap perekonomian menjadi rendah. Karena seharusnya didorong adalah hilirisasi.

Bhima mencontohkan, hilirisasi industri harusnya akan menciptakan teknologi dan juga memiliki multiplier effect yang lebih luas pada sektor-sektor pendukung lainnya. Selain itu diharapkan juga akan menciptakan serapan tenaga kerjanya akan semakin besar dan berkualitas. Sebab yang dibutuhkan sebenarnya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang semi skil dan high skil. “Ini yang akan terjadi kalau kita bergantung terus pada komoditas,” tegasnya.

Selain itu, Bhima menceritakan terdapat istilah yang disebut sebagai “penyakit belanda,” dimana istilah tersebut ditujukan bagi negara yang terlalu bergantung kepada komoditas, dan cenderung akan melupakan sektor industri atau pengembangan industrinya.

Baca Juga: Gencar penyaluran kredit UMKM, perbankan getol gaet fintech, e-commerce, dan startup

“Ini yang sudah terjadi pasca reformasi karena ketergantungan komoditasnya masih cukup tinggi seperti kelapa sawit, batu bara, dan pertambangan lainnya. Ketika terjadi bumi komoditas industri terus mengalami industrialisasi secara prematur,’ jelas Bhima.

Bhima mengartikan, porsi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus mengalami penurunan, bahkan sempat di bawah 20% dari PDB. Sehingga akan berpengaruh juga nantinya terhadap dorongan Indonesia secara ekonomi untuk lepas dari jebakan kelas menengah, karena tidak ada negara yang lepas dari jebakan kelas menengah tanpa melakukan industrialisasi, hilirisasi industri dan penciptaan nilai tambah.

Bhima bilang, jika terus menerus komoditas base, maka penciptaan nilai tambahnya akan sangat kecil. Menurutnya jika akan lepas dari jebakan kelas menengah maka harus didorong adalah industri yang bernilai tambah.

“Setiap upaya yang dilakukan pemerintah untuk melakukan hilirisasi industri lepas dari ketergantungan komoditas, seperti adanya pabrik baterai yang disahkan, dan mungkin ke depan adalah pembangunan mobil listrik di Indonesia yang harusnya di dorong dengan berbagai insentif dan regulasi,” pungkasnya. 

Selanjutnya: UOB: Faktor pendorong utama meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah mendorong UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×