Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian masih terjadi di pasar keuangan global, yang kemudian merembet ke kondisi dalam negeri.
Arus modal asing terpantau keluar dari Indonesia. Berdasarkan data transaksi yang dihimpun oleh Bank Indonesia (BI) periode 9 Oktober 2023 hingga 12 Oktober 2023, dana asing keluar Rp 4,32 triliun.
Dana asing keluar baik dari pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 4,62 triliun dan dari pasar saham sebesar Rp 100 miliar.
Kemudian, kurs rupiah di pasar spot pada akhir perdagangan Jumat (13/10) tercatat berada di level Rp 15.682 per dolar AS, atau melemah 0,10% dari akhir perdagangan pekan lalu yang di level Rp 15.628 per dolar AS.
Baca Juga: Terbuka Opsi Bagi BI Untuk Kerek Suku Bunga Acuan
Meski ketidakpastian masih tinggi, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai BI tidak perlu menaikkan suku bunga acuannya di kuartal IV-2023.
Artinya, suku bunga acuan mungkin akan tetap di level 5,75% hingga akhir tahun 2023.
Josua bilang, ini dengan menimbang bahwa pelemahan Rupiah akhir-akhir ini hanya bersifat temporer. Yaitu, adanya paparan ketidakpastian terutama dari Amerika Serikat (AS).
Suara dari anggota The Federal Reserve (The Fed) masih terpecah menjadi dua. Yaitu, ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi atau hanya kenaikan satu kali lagi di kuartal IV-2023.
Namun sejauh ini, dengan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang hanya satu kali lagi, yaitu 25 bps, BI diyakini akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunganya.
"BI melihat tekanan rupiah temporer dan masih dipengaruhi oleh sentimen bank sentral AS. Namun, bila melihat fundamental, Rupiah masih stabil," ungkap Josua kepada Kontan.co.id, akhir pekan ini.
Daripada menggunakan instrumen sapu jagad suku bunga, Josua melihat dalam menghadapi ketidakpastian global BI akan menggunakan instrumen yang ada.
Seperti, pertama, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Meskipun, SRBI hingga saat ini dinilai belum memberi dampak optimal terhadap rupiah.
Hanya, Josua maklum. SRBI baru berlaku per pertengahan bulan September 2023. Sehingga memang perlu waktu untuk melihat efektivitasnya.
Kedua, term deposit valas devisa hasil ekspor (TD Valas DHE). TD Valas DHE sudah cukup memperlihatkan hasil, yaitu eksportir yang menempatkan hasil ekspornya di dalam negeri sehingag menopang kebutuhan valas.
Baca Juga: Pasar Pantau Data Inflasi AS Terbaru, Simak Prediksi Pergerakan Rupiah, Jumat (13/10)
Hanya, memang kebiajkan TD Valas DHE ini harus lebih digalakkan lagi. Sehingga nantinya, bisa makin kokoh dalam menjaga otot Rupiah di tengah ketidakpastian.
Ketiga, berbagai langkah stabilisasi BI seperti triple intervention dan operasi twist. Juga, BI masih memiliki cadangan devisa yang memadai untuk menjadi bantalan Rupiah.
Josua pun memperkirakan, langkah-langkah tersebut akan membawa Rupiah menguat di kisaran Rp 15.300 hingga Rp 15.500 per dolar AS pada akhir tahun ini.
Namun, Josua juga menekankan bahwa ini dengan syarat kalau tidak ada peristiwa besar lagi di kuartal IV-2023 yang akan menambah gonjang-ganjing pasar keuangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News