Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2019 sebesar US$ 126,6 miliar, turun tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 126,7 miliar.
Ekonom BCA David Sumual memandang penurunan cadev pada bulan tersebut bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan, karena ini adalah pola musiman menjelang akhir tahun. Penurunannya pun tidak signifikan.
Baca Juga: Kebutuhan dolar AS meningkat, rupiah berpotensi melemah pekan depan
David juga melihat bahwa penurunan ini juga merupakan imbas dari pergerakan neraca dagang yang tidak banyak dan menjelang akhir tahun, aktivitas ekspor dan impor sudah mulai melambat aktivitasnya.
"Menjelang liburan, aktivitas kan relatif melandai," jelas David pada Kontan.co.id, Jumat (6/12).
Selain itu, faktor lainnya yang memengaruhi kondisi penurunan cadev pada bulan November 2019 adalah kewajiban pembayaran utang yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, pembayaran utang pada tahun ini dinilai David relatif tidak terlalu besar.
Untuk selanjutnya, David memandang bahwa penurunan cadev akan berlanjut pada bulan Desember 2019. Namun, penurunannya juga tidak akan signifikan. Ia memprediksi cadev akan berada di kisaran US$ 125 miliar - US$ 127 miliar.
Baca Juga: BI sempurnakan aturan untuk tingkatkan efektivitas DHE, ini tanggapan ekonom
Namun, begitu memasuki kuartal pertama tahun 2020, kondisi cadev dipandang akan meningkat. Hal ini disebabkan masih stabilnya harga minyak dan portofolio yang masih menunjukkan belum adanya sentimen negatif. Selain itu, pasar saham juga tercatat sedang naik pada tahun 2020 pembayaran utang juga tidak terlalu besar.
"Pada kuartal pertama tahun depan nanti cadev bisa berada di kisaran US$ 125 miliar - US$ 128 miliar," tambah David.
Meski begitu, David memberi sinyal waspada untuk penurunan cadev yang cukup signifikan pada tahun 2021. Hal ini disebabkan adanya jatuh tempo utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Baca Juga: Turun tipis, BI mencatat cadangan devisa November 2019 sebesar US$ 126,6 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News