Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat kalau volatilitas nilai tukar rupiah telah menyusut di kuartal IV-2020. Menurut catatan bank sentral, volatilitas nilai tukar rupiah dari awal Oktober 2020 hingga 16 Desember 2020 tercatat sebesar 8,3%, atau lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas pada kuartal sebelumnya yang sebesar 9,6%.
Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, menurunnya volatilitas rupiah disebabkan oleh mulai menurunnya ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. “Sekarang confidence sudah mulai bagus dan harapan stimulus membuat ekonomi lebih baik lagi ke depan dan sudah mulai ada aliran dana portofolio juga,” kata David kepada Kontan.co.id, Selasa (22/12).
Selain itu, volatilitas rupiah yang menurun juga didorong oleh surplus neraca perdagangan di sepanjang tahun 2020. Dari awal Januari 2020 hingga November 2020, surplus neraca perdagangan sudah mencapai US$ 19,66 miliar.
Dengan melihat perkembangan tersebut, David memprediksi kalau surplus neraca dagang bisa menggendut lagi dan bahkan bisa lebih dari US$ 20 miliar di tahun ini. “Jadi ada perbaikan neraca, itu yang mendorong rupiah sekarang bahkan bisa stabil dan menguat,” tambah dia.
Baca Juga: Rupiah melemah akibat kekhawatiran strain baru virus corona
Namun, David mengingatkan kalau pergerakan nilai tukar rupiah di tahun depan bukan berarti bakal bebas dari tantangan. Menurutnya, masih akan ada tantangan terkait dengan membangun confidence dan juga perkembangan pandemi Covid-19. “Ada vaksinasi, apakah sudah akan bisa mengontrol pandemi? Dan dari stabilitas ekonomi maupun stabilitas finansial global juga akan berpengaruh,” ujar dia.
Kemudian, hingga akhir tahun 2020, David memperkirakan kalau nilai tukar rupiah bisa ditutup di kisaran Rp 14.050 per dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: IHSG anjlok 2,31% pada Selasa (22/12), asing mencatat net sell Rp 338 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News