Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai strategi pembiayaan APBN di tahun mendatang, pemerintah berencana akan memenuhinya dari utang dalam denominasi valuta asing (valas) dan dalam denominasi rupiah, baik berupa Surat Berharga Negara (SBN) maupun pinjaman.
Tahun depan, SBN bruto yang akan diterbitkan akan sebesar Rp 825,7 triliun, di mana terdapat 83% - 86% dari total SBN bruto merupakan SBN domestik sementara 14% - 17% merupakan SBN valas. Sebesar 50% - 60% pun akan diterbitkan di semester I tahun depan.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, penerbitan SBN ini sudah tepat. Hal ini mengingat masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga di tahun depan.
"Kenaikan suku bunga masih mungkin terjadi, meski tinggal sedikit lagi. Tetapi berdasarkan konsensus, suku bunga masih akan naik 2 kali lagi," tutur David kepada Kontan.co.id, Selasa (4/12).
Melihat perbandingan presentasi SBN domestik dan valas yang diterbitkan, David melihat belum ada masalah yang ditimbulkan.
Apalagi, mengingat cadangan devisa yang terus turun, utang dalam bentuk valas masih dibutuhkan. Tetapi dia berharap, ke depannya SBN domestik terus didorong.
"Proporsi domestik harus naik, utang domestiknya saja yang dinaikkan. Kalau saya lihat potensi dari tabungan dari domestik itu belum optimal kita dorong," tutur David.
David pun berharap pembelian SBN ini ditujukan untuk investasi jangka panjang dan investornya berasal dari bank sentral negara asing atau pemerintah negara lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News