Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan, pemerintah akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) bruto sebesar Rp 825,7 triliun, menurun dibandingkan target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar Rp 856,49 triliun.
Dari total penerbitan SBN bruto tersebut, sekitar 83% hingga 86% merupakan SBN domestik, sementara penerbitan SBN valas direncanakan dalam kisaran 14% hingga 17%.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto berpendapat penerbitan SBN ini masih dalam kondisi aman dan realitis ditimbang dari sisi nilainya yang tidak jauh berbeda.
Melihat komposisi SBN valas yang tidak dominan, Myrdal pun berpendapat pemerintah tersebut sudah mempertimbangkan berbagai tekanan, khususnya faktor eksternal yang akan dihadapi di tahun mendatang.
"Tetapi kita juga harus mencermati perkembangan global. Jika perkembangan global tidak mengalami tekanan sebesar tahun ini, maka ada baiknya untuk menambah porsi pembiayaan valas. Kondisi tersebut tentunya akan membuat kondisi likuiditas perbankan domestik juga relatif lebih terjaga," jelas Myrdal kepada Kontan.co.id, Selasa (4/12).
Lebih lanjut, Myrdal menjelaskan berbagai risiko pembiayaan utang yang bisa dihadapi di tahun depan adalah adanya kenaikan bunga dari The Fed serta pengetatan kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB).
Menurutnya, dua hal tersebut berpotensi menaikkan biaya utang berdenominasi valas. "Selain itu, risiko geopolitik seperti dampak Brexit, krisis utang Eropa, perlambatan ekonomi China karena trade war, juga akan meningkatkan potensi risiko pembiayaan utang ke depannya," tutur Myrdal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News