kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom Maybank sebut penerbitan SBN 2019 sudah pertimbangkan tekanan eksternal


Selasa, 04 Desember 2018 / 18:31 WIB
Ekonom Maybank sebut penerbitan SBN 2019 sudah pertimbangkan tekanan eksternal
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan, pemerintah akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) bruto sebesar Rp 825,7 triliun, menurun dibandingkan target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar Rp 856,49 triliun.

Dari total penerbitan SBN bruto tersebut, sekitar 83% hingga 86% merupakan SBN domestik, sementara penerbitan SBN valas direncanakan dalam kisaran 14% hingga 17%.

Ekonom Maybank Myrdal Gunarto berpendapat penerbitan SBN ini masih dalam kondisi aman dan realitis ditimbang dari sisi nilainya yang tidak jauh berbeda.

Melihat komposisi SBN valas yang tidak dominan, Myrdal pun berpendapat pemerintah tersebut sudah mempertimbangkan berbagai tekanan, khususnya faktor eksternal yang akan dihadapi di tahun mendatang.

"Tetapi kita juga harus mencermati perkembangan global. Jika perkembangan global tidak mengalami tekanan sebesar tahun ini, maka ada baiknya untuk menambah porsi pembiayaan valas. Kondisi tersebut tentunya akan membuat kondisi likuiditas perbankan domestik juga relatif lebih terjaga," jelas Myrdal kepada Kontan.co.id, Selasa (4/12).

Lebih lanjut, Myrdal menjelaskan berbagai risiko pembiayaan utang yang bisa dihadapi di tahun depan adalah adanya kenaikan bunga dari The Fed serta pengetatan kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB).

Menurutnya, dua hal tersebut berpotensi menaikkan biaya utang berdenominasi valas. "Selain itu, risiko geopolitik seperti dampak Brexit, krisis utang Eropa, perlambatan ekonomi China karena trade war, juga akan meningkatkan potensi risiko pembiayaan utang ke depannya," tutur Myrdal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×