kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom: Tren positif arus modal hanya sementara


Selasa, 04 Desember 2018 / 18:17 WIB
Ekonom: Tren positif arus modal hanya sementara
ILUSTRASI. Ilustrasi pasar modal


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya arus modal terus alami peningkatan baik melalui surat berharga negara (SBN) maupun valuta asing dari eksportir. Namun tren ini diduga tak akan bertahan lama.

Ke depan, arus modal masih dipengaruhi oleh sentimen positif dari hasil renegosiasi Amerika Serikat (AS)-China selama 90 hari ke depan.

"Valuta asing (valas) memang (masuk) dalam jangka pendek jadi trade war sentimen agak mereda karena ada renegosiasi beberapa hari ke depan. Dalam tiga bulan ini sentimen cukup baik," ungkap Josua Pardede, Ekonom Bank Permata saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/12).

Dalam 90 hari ke depan, pasar keuangan memiliki potensi yang cukup baik. Pasalnya investor global juga melakukan shortening deposition pada dollar AS sehingga permintaan menurun dan supply meningkat.

Selain itu, Josua juga melihat adanya improving di pasar SBN. "Apalagi pemerintah berhasil menerbitkan global bond untuk refundingnya," ungkap Josua.

Dia juga menjelaskan apabila The Fed tidak seagresif tahun ini maka suplai dollar dalam negeri akan mengalami pertumbuhan. Di sisi lain, suplai dollar dalam negeri bisa terhambat dengan kinerja ekspor.

Dengan tren harga komoditas yang cenderung melambat, ada potensi ekspor pada 2019 masih tertekan. "Tumbuhnya masih lebih lambat dibanding impor," jelasnya.

Maka untuk mempertahankan tren positif ini, Josua menyarankan pemerintah membuat kebijakan yang mendorong industri manufaktur untuk melakukan ekspor.

Meningkatkan nilai ekspor lebih tinggi dan tidak bergantung pada komoditas global. Pasalnya, menurut Josua, ada ekspektasi global melambat yang mempengaruhi harga komoditas.

"Karena kalau bergantung pada impor industri, tentunya saat ekonomi tumbuh, impor kita juga tinggi, ekspor hanya mengandalkan harga komoditas global, ya gak akan sustain," jelas Josua.

Dia menjelaskan apabila melihat yield treasury AS mencapai 3%, serta sentimen dari The Fed tidak lebih agresif, tentunya sampai akhir tahun inflow dari pasar SBN masih tetap berlangsung.

Selain itu, inflasi yang terkendali serta CAD yang membaik juga memberikan indikasi yang baik untuk pasar SBN.

"Pasar keuangan portfolio investment sejauh ini kan masih net inflow, prediksi yield bisa di bawah 8% stabil di 7,9% atau 7,8%," ungkapnya.

Terkait valas dari eksportir, Josua berharap dengan adanya insentif untuk DHE yang menukarkan ke rupiah dan instrumen DNDF bisa mengurangi permintaan dollar dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×