Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata meyakini, kondisi perekonomian Indonesia pada saat ini sudah menunjukkan pemulihan, dan bahkan telah melampaui kondisi pra pandemi Covid-19 atau pada tahun 2019.
Akan tetapi, kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede mengingatkan, pemulihan ekonomi yang terjadi ini belum merata baik dari segi pengeluaran maupun lapangan usaha.
“Dari sisi konsumsi, ada sebagian lapisan masyarakat yang belum balik normal. Dari segi lapangan usaha, belum semua sektor pulih. Kita ambil contoh sektor manufaktur, ada sebagian subsektor yang tumbuh negatif, seperti sektor tekstil,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Josua pun melihat, ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk membuat pemulihan ekonomi yang merata di seluruh sektor. Ia pun berharap, pada 2022, pemulihan ekonomi sudah mulai merata.
Baca Juga: Kuartal I 2022, Penyaluran Kredit Bank BTPN Mencapai Rp 142,37 Triliun
Namun, ia juga memberi catatan mengenai risiko yang membayang progres pemulihan ekonomi ke depan.
Josua memerinci, pertama, risiko datang dari tingkat inflasi yang meningkat akibat perang Rusia dan Ukraina. Perang kedua negara ini berpotensi menaikkan harga energi dan inflasi global, termasuk Indonesia. Ini kemudian akan meningkatkan biaya input di sebagian besar sektor-sektor ekonomi sehingga bisa berdampak pada konsumsi masyarakat.
Kedua, adanya pengetatan kebijakan moneter bank sentral negara-negara maju di dunia yang kemudian direspons oleh Bank Indonesia (BI) dengan mengerek suku bunga acuan.
Pengetatan kebijakan moneter ini akan berimbas pada sektor riil, karena ada potensi peningkatan biaya pinjaman. Meski, memang ini tak akan sebesar peningkatan suku bunga acuan.
Baca Juga: Konsumsi dan Investasi Diramal Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I
Ketiga, normalisasi belanja pemerintah. Dengan demikian, bisa saja ada pengurangan porsi belanja pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Dalam hal ini, apakah ada komponen PDB yang kemudian bisa membatasi melandainya belanja pemerintah? Seperti misalnya, apakah investasi bisa menutup? Ini perlu dicermati,” katanya.
Dengan kondisi tersebut, Josua masih optimistis pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 akan berada di kisaran 4,8% yoy hingga 5,0% yoy. Ini masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 yang sebesar 3,69% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News