kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.359   15,00   0,09%
  • IDX 6.594   61,87   0,95%
  • KOMPAS100 981   12,66   1,31%
  • LQ45 769   6,68   0,88%
  • ISSI 201   2,35   1,18%
  • IDX30 398   3,28   0,83%
  • IDXHIDIV20 478   4,23   0,89%
  • IDX80 111   1,16   1,05%
  • IDXV30 117   0,94   0,81%
  • IDXQ30 132   1,14   0,88%

Ekonom Bank Permata Sebut Pemulihan Ekonomi Indonesia Belum Merata


Minggu, 08 Mei 2022 / 13:24 WIB
Ekonom Bank Permata Sebut Pemulihan Ekonomi Indonesia Belum Merata
ILUSTRASI. Penjualan Ritel Modern: Suasana belanja di sebuah supermarket di Tangerang Selatan, Selasa (18/05). Ekonom Bank Permata Sebut Pemulihan Ekonomi Indonesia Belum Merata.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Bank Permata meyakini, kondisi perekonomian Indonesia pada saat ini sudah menunjukkan pemulihan, dan bahkan telah melampaui kondisi pra pandemi Covid-19 atau pada tahun 2019.

Akan tetapi, kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede mengingatkan, pemulihan ekonomi yang terjadi ini belum merata baik dari segi pengeluaran maupun lapangan usaha. 

“Dari sisi konsumsi, ada sebagian lapisan masyarakat yang belum balik normal. Dari segi lapangan usaha, belum semua sektor pulih. Kita ambil contoh sektor manufaktur, ada sebagian subsektor yang tumbuh negatif, seperti sektor tekstil,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, belum lama ini. 

Josua pun melihat, ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk membuat pemulihan ekonomi yang merata di seluruh sektor. Ia pun berharap, pada 2022, pemulihan ekonomi sudah mulai merata. 

Baca Juga: Kuartal I 2022, Penyaluran Kredit Bank BTPN Mencapai Rp 142,37 Triliun

Namun, ia juga memberi catatan mengenai risiko yang membayang progres pemulihan ekonomi ke depan. 

Josua memerinci, pertama, risiko datang dari tingkat inflasi yang meningkat akibat perang Rusia dan Ukraina. Perang kedua negara ini berpotensi menaikkan harga energi dan inflasi global, termasuk Indonesia. Ini kemudian akan meningkatkan biaya input di sebagian besar sektor-sektor ekonomi sehingga bisa berdampak pada konsumsi masyarakat. 

Kedua, adanya pengetatan kebijakan moneter bank sentral negara-negara maju di dunia yang kemudian direspons oleh Bank Indonesia (BI) dengan mengerek suku bunga acuan. 

Pengetatan kebijakan moneter ini akan berimbas pada sektor riil, karena ada potensi peningkatan biaya pinjaman. Meski, memang ini tak akan sebesar peningkatan suku bunga acuan. 

Baca Juga: Konsumsi dan Investasi Diramal Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I

Ketiga, normalisasi belanja pemerintah. Dengan demikian, bisa saja ada pengurangan porsi belanja pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Dalam hal ini, apakah ada komponen PDB yang kemudian bisa membatasi melandainya belanja pemerintah? Seperti misalnya, apakah investasi bisa menutup? Ini perlu dicermati,” katanya. 

Dengan kondisi tersebut, Josua masih optimistis pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 akan berada di kisaran 4,8% yoy hingga 5,0% yoy. Ini masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 yang sebesar 3,69% yoy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×