Reporter: Marti Riani Maghfiroh |
JAKARTA. Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti menilai ekonomi Indonesia saat ini dalam fase kritis. Menurutnya, level tersebut masih lebih ringan dari krisis.
Destri menjelaskan, jika melihat dua masa sebelumnya ketika kondisi ekonomi hampir serupa dengan saat ini, yaitu tahun 1998 dan 2008, pada beberapa indikator ekonomi 2013 memang masih dinilai jauh lebih baik.
“Kenapa ekonomi Indonesia 2013 kritis? Karena kalau tidak dikelola secara benar bisa jadi menakutkan. Padahal kita memahami benar apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini,” katanya dalam acara Paparan Bank Mandiri Macroeconomic Outlook di Jakarta hari ini (29/8).
Hal tersebut dikatakan Destry dengan didasarkan pada perbandingan data-data ekonomi makro di 3 periode perekonomian tanah air, yakni 1997-1999, 2007-2009, dan 2011-2013. Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan ekonominya, periode terakhir (2011-2013) masih menorehkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dua masa suram sebelumnya.
Di tahun 2007-2009 misalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,6%. Sedangkan pada periode 1997-1999 Indonesia justru menorehkan pertumbuhan ekonomi yang bergerak ke arah negatif, tepatnya di angka -4%.
“Itu jika kita menghitung data di per semester di mana di 2013 (semester pertama) pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,9%. Selain itu, inflasi trennya juga melambat,” tuturnya.
Rata-rata inflasi periode 2011-2013 adalah 5,6% dengan mempertimbangkan perhitungan inflasi hingga akhir Juli 2013 yang mencapai 8,6%. Nilai ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode 2007-2009 di angka 6,8% dan 29,9% pada periode 1997-1999.
Meski begitu, Destry sangat menyoroti angka coverage ratio Indonesia yang terus menurun ketika posisi cadangan devisa (cadev) secara rata-rata di periode 2011-2013 lebih baik dari periode-periode sebelumnya.
Menurutnya hal itu perlu diwaspadai betul-betul oleh pemerintah. Coverage Ratio merupakan kemampuan cadangan devisa dalam meng-cover kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya jangka pendek, termasuk current account deficit.
“Kalau coverage ratio positif ya bagus, cadangan devisa akan meningkat. Tetapi kalau negatif itu akan menjadi beban cadangan devisa sehingga terus akan menipis,” tambahnya.
Oleh karena itu Destry merekomendasikan bahwa pemerintah perlu berupaya untuk terus menekan angka defisit transaksi berjalan dan juga harus memberikan perhatian lebih pada utang luar negeri swasta. Sehingga pada akhirnya cadangan devisa yang sejak tiga tahun belakangan selalu menipis, tidak akan semakin tergerus. Perlu diketahui, cadangan devisa Indonesia saat ini yaitu U$ 92,67 miliar. Angka itu adalah catatan nilai cadev terendah yang ditorehkan selama 3 tahun terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News