kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Ekonom: 2019, BI masih perlu cermati pergerakan The Fed


Selasa, 27 November 2018 / 16:10 WIB
Ekonom: 2019, BI masih perlu cermati pergerakan The Fed
ILUSTRASI. Gedung Bank Indonesia


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Josua Pardede, Ekonom bank Permata melihat, Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunganya hingga akhir tahun ini. Lantas, di tahun depan, BI perlu memperhatikan pergerakan bunga Amerika Serikat The Fed.

Menurut dia, inflasi cenderung terjaga tahun ini. Tren minyak dunia turun, sehingga tekanan impor turun. Defisit transaksi berjalan (CAD) juga dijaga agar bisa di bawah 3%. “Dengan kondisi seperti ini, potensinya bertahan dulu pada Desember," ungkap Josua, usai menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Selasa (27/11).

BI telah menaikkan bunga 25 basis poin menjadi 6% pada pertengahan November lalu, mendahului The Fed yang diperkirakan menaikkan bunga AS pada Desember nanti.

BI memaparkan, kebijakan moneter yang ditempuh semakin diperkuat pada tahun 2019. Stance kebijakan moneter 2019 yang pre-emptive dan ahead-the curve tetap dipertahankan.

"Kebijakan suku bunga akan terus dikalibrasi sesuai perkembangan ekonomi domestik dan global," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI saat PTBI di Senayan JCC.

Langkah ini dilakukan untuk memastikan inflasi terkendali sesuai sasaran yaitu 3,5%, dan nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya. Langkah ini dilakukan BI untuk memperbaiki kondisi domestik dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Pasalnya Perry menjelaskan tantangan pertumbuhan ekonomi tahun depan masih berdasarkan ketidakpastian ekonomi global. Perundingan perdagangan AS dan Tiongkok diperkirakan masih akan berlanjut pada 2019. Krisis ekonomi yang terjadi di Argentina dan Turki memperburuk sentimen negatif ke sejumlah negara emerging market.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×