kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.794   1,00   0,01%
  • IDX 7.469   -10,06   -0,13%
  • KOMPAS100 1.154   -0,36   -0,03%
  • LQ45 914   0,76   0,08%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,31   0,28%
  • IDXHIDIV20 570   2,59   0,46%
  • IDX80 132   0,18   0,14%
  • IDXV30 140   0,94   0,68%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Ekonom: 2019, BI masih perlu cermati pergerakan The Fed


Selasa, 27 November 2018 / 16:10 WIB
Ekonom: 2019, BI masih perlu cermati pergerakan The Fed
ILUSTRASI. Gedung Bank Indonesia


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Josua Pardede, Ekonom bank Permata melihat, Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunganya hingga akhir tahun ini. Lantas, di tahun depan, BI perlu memperhatikan pergerakan bunga Amerika Serikat The Fed.

Menurut dia, inflasi cenderung terjaga tahun ini. Tren minyak dunia turun, sehingga tekanan impor turun. Defisit transaksi berjalan (CAD) juga dijaga agar bisa di bawah 3%. “Dengan kondisi seperti ini, potensinya bertahan dulu pada Desember," ungkap Josua, usai menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Selasa (27/11).

BI telah menaikkan bunga 25 basis poin menjadi 6% pada pertengahan November lalu, mendahului The Fed yang diperkirakan menaikkan bunga AS pada Desember nanti.

BI memaparkan, kebijakan moneter yang ditempuh semakin diperkuat pada tahun 2019. Stance kebijakan moneter 2019 yang pre-emptive dan ahead-the curve tetap dipertahankan.

"Kebijakan suku bunga akan terus dikalibrasi sesuai perkembangan ekonomi domestik dan global," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI saat PTBI di Senayan JCC.

Langkah ini dilakukan untuk memastikan inflasi terkendali sesuai sasaran yaitu 3,5%, dan nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya. Langkah ini dilakukan BI untuk memperbaiki kondisi domestik dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Pasalnya Perry menjelaskan tantangan pertumbuhan ekonomi tahun depan masih berdasarkan ketidakpastian ekonomi global. Perundingan perdagangan AS dan Tiongkok diperkirakan masih akan berlanjut pada 2019. Krisis ekonomi yang terjadi di Argentina dan Turki memperburuk sentimen negatif ke sejumlah negara emerging market.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×