kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketidakpastian global masih jadi penghambat pertumbuhan ekonomi 2019


Selasa, 27 November 2018 / 14:12 WIB
Ketidakpastian global masih jadi penghambat pertumbuhan ekonomi 2019
ILUSTRASI. Ekspor Nonmigas


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi global masih menjadi penyebab pelambatan pertumbuhan ekonomi Tanah Air di tahun 2019. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5,0%-5,4%.

"Perekonomian global tumbuh tidak merata dan penuh ketidakpastian," ungkap Perry Warjiyo saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Senayan JCC, Selasa (27/11).

Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2018 diperkirakan sekitar 3,73%, dan akan melandai ke 3,70% pada 2019.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) juga diperkirakan menurun pada 2019. Pun pada ekonomu Uni Eropa dan Tiongkok yang tumbuh melandai. Kondisi tersebut mendorong volume perdagangan menurun, serta harga komoditas tetap rendah.

"Karenanya, menjadi tantangan bagi upaya kita untuk menjadikan ekspor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional," jelasnya.

Selain itu, BI melihat stance kebijakan moneter AS semakin ketat. Dia prediksi di tahun 2019, The Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali atau sebesar 75 basis poin (bps). Hal ini dilakukan seiring meningkatnya tekanan inflasi dan aktivitas ekonomi yang semakin kuat.

Kenaikan ini akan diikuti normalisasi kebijakan moneter di Eropa dan sejumlah negara maju. Europan Central Bank (ECB) mulai mengurangi injeksi likuiditas ke pasar, memberikan sinyal arah kenaikan suku bunga di pertengahan tahun 2019.

Arah kenaikan suku bunga di negara-negara maju memberikan tantangan bagi bank sentral di negara emerging market untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi dalam memitigasi dampak rambatan keuangan global.

"Meskipun realisasi kenaikannya mungkin baru akan terjadi pada akhir 2019 atau awal 2020," ungkap Perry.

Serta ketidakpastian di pasar keuangan global mendorong tingginya premi risiko investasi ke negara emerging markets. Perundingan perdagangan AS dan Tiongkok diperkirakan masih akan berlanjut pada 2-19. Krisis ekonomi yang terjadi di Argentina dan Turki memperburuk sentimen negatif ke sejumlah negara emerging market.

"Tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global juga didorong oleh sejumlah risiko geopolitik, seperti keberlanjutan perundingan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa, permasalahan ekonomi di Italia dan sejumlah perkembangan politik lainnya, yang perlu terus kita cermati ke depan," jelas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×