Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dugaan penyelewengan atau fraud yang terjadi di e-Fishery menyeruak. eFishery merupakan startup aquatech yang menyediakan ekosistem terintegrasi meliputi marketplace pakan ikan serta udang, platform penjualan produk ikan dan udang segar secara business to business (B2B), hingga akses keuangan bagi pembudidaya ikan.
Kabar teranyar, PT Multidaya Teknologi Nusantara atau eFishery menunjuk Adhy Wibisono sebagai CEO sementara menggantikan Gibran Huzaifah, dengan tujuan memperbaiki tata kelola perusahaan yang belakangan menjadi sorotan karena diduga mengalami fraud. Para pemangku kepentingan menaruh perhatian dengan dugaan fraud sehingga melakukan pergantian demi tata kelola yang lebih baik.
Lantas, apa yang membuat eFishery mengalami fraud? Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha mengatakan, dari perspektif teknologi, kegagalan pembiayaan yang disalurkan oleh e-Fishery hingga menyebabkan kredit macet bisa disebabkan oleh beberapa faktor teknis yang berkaitan dengan sistem dan pengelolaan data.
Beberapa analisis kemungkinan penyebabnya antara lain sistem penilaian kredit (credit scoring) yang digunakan mungkin tidak cukup akurat untuk menilai kelayakan peminjam, minimnya data validasi dimana dalam sektor akuakultur data operasional seperti produktivitas tambak atau riwayat panen sangat penting untuk menentukan kemampuan bayar.
"Jika data ini tidak dihimpun atau divalidasi dengan baik, maka sistem bisa salah dalam mengkalkulasi risiko," katanya kepada KONTAN, Jumat (20/12/2024).
Menurut Pratama, ketergantungan pada data yang tidak terintegrasi juga bisa menjadi kendala. Pasalnya, jika data dari sistem pembiayaan tidak terintegrasi dengan data operasional, seperti produksi tambak atau pengelolaan pakan, maka perusahaan kehilangan gambaran holistik mengenai kemampuan peminjam.
Yang terang, kualitas data buruk yang digunakan untuk membuat keputusan pembiayaan juga mungkin tidak lengkap, tidak akurat, atau usang. Tak pelak, memperbesar kemungkinan kredit macet.
Pratama menyebutkan, kendala lainnya adalah kurangnya pemanfaatan big data dan AI untuk analisis pasar, karena perubahan kondisi pasar seperti harga jual ikan yang fluktuatif atau serangan penyakit tambak bisa memengaruhi pendapatan petani ikan
"Jika sistem teknologi e-Fishery tidak mampu memprediksi risiko ini, pembiayaan bisa diberikan kepada petani yang sebenarnya sedang menghadapi risiko kegagalan usaha. Selain itu mungkin karena tidak ada mekanisme early warning system membuat risiko macet tidak terdeteksi sejak dini," ungkapnya.
Selanjutnya, faktor kendala teknologi lainnya adalah tidak adanya IoT atau sensor dimana dalam usaha akuakultur, teknologi IoT seperti sensor kualitas air atau pemantauan tambak dapat memberikan data penting tentang hasil produksi.
Pratama bilang, kurangnya edukasi digital kepada peminjam pun juga bisa menjadi kendala dari sisi teknologi karena banyak petani ikan mungkin tidak sepenuhnya memahami teknologi yang disediakan, seperti aplikasi pencatatan atau pelaporan hasil tambak, dimana hal ini membuat data yang dilaporkan kurang akurat atau tidak sesuai kondisi sebenarnya.
Di samping itu ada pula kendala infrastruktur teknologi yang lemah karena biasanya tambak atau pembibitan berada di lokasi yang konektifitas internetnya kurang. "Jika jaringan internet atau perangkat digital peminjam tidak mendukung penggunaan aplikasi e-Fishery secara optimal, data yang diterima bisa tidak valid," sebut Pratama.
Sebagai informasi, eFishery kini menjadi sorotan akibat dugaan fraud di internal. Gibran yang menjadi nakhoda perusahaan sejak 2013 lalu sempat memberikan pernyataan kepada awak media mengenai fraud di internal pada September 2024.
Gibran mengakui terjadi fraud dengan rasio 0,5% dari total pendapatan. Namun dia menegaskan fraud tersebut tidak akan membuat bisnis eFishery tumbang. Fraud atau penyimpangan dalam kategori wajar dan telah ditangani.
“Fraud memang ada di kita, tetapi fraud-nya di bawah 0,5% dari revenue. Jadi rendah. Banyak yang bilang eFishery mau mati karena fraud, kalau jumlahnya segitu nggak membunuh perusahaannya, kami memastikan di bagian itu,” kata Gibran kala itu.
Menurut Gibran, temuan fraud bertentangan dengan nilai yang diadopsi eFishery yang bertekad membantu para pembudidaya. Untuk itu, perusahaan memastikan fraud harus diberantas, termasuk menindak tegas pihak yang melakukan fraud
Selanjutnya: Investasi Penyertaan Langsung Dana Pensiun Bank Mandiri Capai 7,34% per November 2024
Menarik Dibaca: RAAM Optimistis Bisa Membesarkan Bisnis di Tahun 2025, Ini Alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News