kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Dorongan ekonomi dari pemerintah masih loyo


Rabu, 27 Mei 2020 / 08:00 WIB
Dorongan ekonomi dari pemerintah masih loyo


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Adinda Ade Mustami

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menilai, kontraksi belanja negara pada April 2020 lalu menjadi konsekuensi logis dari adanya realokasi anggaran yang dilakukan pemerintah. Dengan catatan, dana itu efektif untuk mengurangi dampak Covid-19 ke perekonomian nasional.

Ia memperkirakan realisasi belanja terutama pada pos belanja pegawai masih positif karena belanja rutin yang cenderung tidak akan mengalami penurunan. Tak hanya itu, belanja bansos juga masih tetap naik. "Karena stimulus yang diberikan pemerintah melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN)," kata Abdul kepada KONTAN.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah juga memperkirakan, belanja sosial akan terus mengalami peningkatan, belanja pegawai akan relatif stabil, sedangkan belanja modal dan belanja barang akan mengalami kontraksi.

Meski demikian, secara keseluruhan, belanja pemerintah belum cukup untuk menggerakkan perekonomian dalam negeri. Sebab, kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap PDB kurang dari 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×