Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperkirakan setoran perusahaan pelat merah berupa dividen untuk pendapatan negara dapat mencapai Rp 40 triliun pada 2017. Namun komposisi setoran dividen BUMN di tahun 2017 ini masih akan dipertimbangkan kembali.
Asal tahu saja, kinerja sejumlah bank plat merah cenderung merosot pada tahun lalu. Hingga demikian setoran dividen BUMN berpeluang merosot. Kini, total laba bank BUMN tahun 2016 sekitar Rp 53,95 triliun. Nilai itu turun 4,77% dari laba tahun 2015 yang senilai Rp 56,65 triliun.
Dari empat bank BUMN, hanya dua bank yang mencatatkan kenaikan laba, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).
Sementara dua bank BUMN lain yang selama ini menjadi kontributor utama setoran dividen bank ke kas negara, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Mandiri Tbk justru merosot.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan, Kementerian BUMN akan update komposisi setoran dividen BUMN tahun 2017 berdasarkan target di APBN 2017
Kemenkeu melihat komposisi dividen BUMN untuk tahun 2017 tersebut dari dua aspek. Pertama perencanaan awal oleh Kementerian BUMN yang telah dibahas dan ditetapkan dengan DPR dalam pembahasan UU APBN 2017, di mana perhitungannya masih didasarkan pada proyeksi laba BUMN tahun 2016. Kedua, realisasi laba BUMN tahun 2016 hasil rapat umum pemegang sahan (RUPS).
Namun, sementara ini belum ada update untuk total dividen. Alokasi per BUMN bisa disesuaikan oleh Kementerian BUMN setelah RUPS BUMN.
Askolani mengaku bahwa belum ada pembahasan soal strategi penambalan bagi kantong negara dari dividen bakal berkurang atau meleset dari target, “Wah kita belum bahas ke sana,” katanya.
Dalam APBN 2017, pendapatan bagian laba BUMN pada tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp 41 triliun, lebih tinggi 20,0% jika dibandingkan dengan target APBNP tahun 2016.
Secara lebih rinci, target pendapatan bagian laba BUMN tahun 2017 tersebut berasal dari pendapatan laba BUMN perbankan sebesar Rp 10,49 triliun dan pendapatan laba BUMN nonperbankan sebesar Rp 30,508 triliun. Kenaikan target pendapatan bagian laba BUMN tersebut sebagai dampak dari peningkatan kinerja BUMN khususnya sektor nonperbankan.
Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi mengatakan, jika kemudian setoran dividen turun, mesti dicari sumber lain untuk penerimaan, baik pajak maupun non-pajak atau potong belanja. Menurutnya, PNBP tahun ini ada peluang bisa meningkat bila harga minyak trennya naik. Sementara di sisi belanja, pemerintah terus kurangi subsidi.
“Tapi ada sisi positifnya jika setoran dividen BUMN dikurangi karena akan berikan ruang bagi BUMN-BUMN ini untuk ekspansi bisnis dan dukung pertumbuhan ekonomi. Termasuk juga untuk bank-bank BUMN,” terangnya.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih berpendapat, bila dividen dikurangi, defisit akan melebar apabila tidak ada penerimaan lain yang meningkat. “(Defisit) lebih tinggi saya kira tapi tetap bisa dijaga dibawah 2,5% dari PDB,” ucapnya.
Namun demikian, ia menilai bahwa ada keterbatasan sumber pendapatan baru pemerintah saat ini. Bahkan penerimaan perpajakan saja kemungkinan masih bisa shortfall sehingga berat bagi pemerintah untuk mengurangi dividen
“Kemarin terbantu dengan amnesti pajak tahap 1 dan 2. Tahun ini tahap 3 berat kembali ke normal. Normalnya penerimaan perpajakan (pajak dan bukan pajak) tertinggi Rp 1.100 triliun. Target Rp 1.498 triliun. Mash ada potensi di bawah target Rp 400 triliun. Itu dengan memperhitungkan dividen semula,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News