Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
DEPOK. Sejumlah peneliti Universitas Indonesia mencecar Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta soal platform PKS dalam diskusi di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/1/2014). Para peneliti ini mempertanyakan arah pemikiran PKS yang dinilai pro-Amerika Serikat dalam sejumlah kebijakan terkait kesejahteraan individu yang diusung Anis Matta.
Peneliti FISIP UI, Edi Prasetyo, menilai, PKS kini tengah mengalami kegalauan luar biasa dalam menyandingkan antara cita-cita dan realitas. Pilihan konsep PKS tentang negara maju yang minimalis, sebutnya, sangat liberal. Dia mengatakan, satu-satunya negara yang bisa maju dengan konsep yang minimalis dan pragmatis dengan mengedepankan kesejahteraan individu dan kebebasan hanyalah Amerika Serikat.
"Ide gagasan itu selalu dikritik. Agak mengejutkan ketika PKS mengedepankan gagasan seperti ini," ujar Edi.
PKS, lanjutnya, juga perlu menentukan sikap dalam menampilkan diri sebagai partai Islam.
"Apakah ini Islam berbasis nilai apa kultural. Perdebatannya masih seputar platform," ungkap Edi.
Peneliti FISIP UI lainnya, Mahmud Syalton, pun mempertanyakan pemikiran PKS yang dinilainya menjurus pada neoliberalisme. "Apa betul sekarang PKS pro-Amerika, kenapa AS dijadikan role model? Ini sangat beda dengan platform PKS selama ini," ungkap Mahmud.
Menurutnya, sejumlah kader PKS juga tidak lagi anti-terhadap perayaan agama lain. Mahmud menyebutkan, politisi PKS Fahri Hamzah kini sudah mulai mengucapkan Selamat Natal. Demikian juga dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, yang merupakan kader PKS, kini tak lagi canggung berfoto dalam perayaan Natal.
"Apakah ini tidak membingungkan? Padahal, selama ini, PKS kental sebagai partai Islam dan telanjur masuk ke liqo (perkumpulan). Saya kaget PKS kemudian tidak Islami," kata Mahmud.
Mencari bentuk ideal
Menanggapi pertanyaan itu, Anis Matta mengaku saat ini memang belum ada format yang ideal untuk dijadikan sebagai platform PKS dalam membentuk sebuah negara ideal. PKS, lanjutnya, masih melakukan komparasi dari beberapa model yang diterapkan negara-negara lain.
"Kami sedang mencari model. Dalam proses pencarian ini, ada proses komparasi. Indonesia sedang belajar dari semua model ini. Bisa saja dalam perbandingan itu muncul negara tertentu sebagai negara yang kita layak tiru dalam beberapa hal, bukan model penuh," kata Anis.
Anis pun menjelaskan konsep negara ideal tidak pernah dituliskan dalam Al Quran karena dipengaruhi dimensi ruang dan waktu.
"Islam pun tidak pernah menyebutkan ini benar dan itu salah. Islam adalah jalan tengah," kata mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu. (Sabrina Asril)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News