Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemilu Raya Partai Keadilan Sejahtera mendapatkan lima kandidat untuk dibawa ke Majelis Syuro dan diputuskan sebagai calon presiden untuk Pemilu Presiden 2014 dari partai itu.
Berturut-turut berdasarkan perolehan suara, kelima kandidat adalah Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Ahmad Heryawan, Tifatul Sembiring, dan Nur Mahmudi Ismail. Meski kalah dari Hidayat, Anis disebut masih lebih unggul di 18 daerah.
"Peringkatnya adalah flat, kejar-kejaran antara (peringkat) satu dan duanya, Hidayat Nur Wahid dan Anis Matta," kata Sekretaris Jenderal PKS sekaligus Ketua Lembaga Pelaksana dan Penokohan (LPPK) PKS Taufik Ridho, melalui siaran pers, Minggu (29/12/2013).
Taufik mengatakan Anis unggul di 18 provinsi sementara Hidayat mendapat suara kader lebih banyak di 14 provinsi. Adapun Heryawan yang menempati peringkat tiga dalam pemira, ujar dia, hanya mengungguli kandidat lain di Jawa Barat.
Justru suara yang merata di semua wilayah didapat mantan partai tersebut, Tifatul Sembiring dan Nurmahmudi Ismasil, sekalipun tak mengungguli dua kandidat teratas. Nurmahmudi menjadi presiden saat partai itu masih bernama Partai Keadilan.
Dari hasil penghitungan nasional Pemira PKS, Hidayat Nur Wahid memperoleh 50.567 suara atau 18,34 persen, Anis Matta mendapat 48.152 suara atau 17,46 persen, Ahmad Heryawan 46.014 suara atau 16,69 persen, Tifatul Sembiring 31.742 suara atau 11,5 persen, dan Nur Mahmudi Ismail 20.249 suara atau 7,41 persen.
Uji publik
Taufik mengatakan hasil Pemira ini baru suara dari internal PKS. Setelah diserahkan kepada Majelis Syuro PKS, ujar dia, kandidat terpilih akan berhadapan dengan uji publik. "Bisa kelimanya, tiga, atau justru peringkat pertama saja ang diputuskan Majelis Syuro untuk diuji publik," ujar dia.
Hasil dari uji publik, papar Taufik, adalah penentu apakah kandidat bersangkutan akan diusung pada Pemilu Presiden 2014. "Kalau di Pemira mendapatkan nomor 5 tapi di uji publik ternyata bagus, mengapa tidak?" ujar dia.
Pemira PKS, menurut Taufik adalah cara partainya menyaring dari terlebih dahulu di internal sebelum meminta publik menilai kandidat tersebut."Melalui sistem yang dimiliki di internal, kader PKS tidak ada yang menyatakan secara terang-terangan menyalonkan diri sebagai capres sebelum memiliki pijakan yang kuat," kata dia, sembari mengatakan hasil pemira adalah pijakan kuat untuk kader berhadapan dengan uji publik. (Palupi Annisa Auliani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News