Reporter: Petrus Dabu | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Dewan Pers menyesalkan tindakan pengusiran terhadap jurnalis Metro TV yang sedang meliput acara halal bi halal di Rumah Polonia, pada Minggu (3/8). Pengusiran ini dialami oleh Heranof Baasyr dan juru kameranya. Keduanya diusir oleh seorang relawan Prabowo Subianto.
"Dewan Pers menyesalkan pengusiran media ketika melakukan kerja jurnalistik," ujar anggota Dewan Pers Nezar Patria saat dihubungi KONTAN, Senin (4/8).
Nezar berharap, bila ada pemberitaan media yang tidak berimbang, maka pihak yang berkeberatan harus menggunakan mekanisme hak jawab sebagaimana diatur dalam UU Pers. "Mengusir media kelihatannya kurang bijak, kalau media tersebut tidak berimbang sebaiknya menggunakan hak jawab," ujarnya.
Nezar mengatakan proses pemilihan presiden tahun ini memang menimbulkan banyak pertentangan di masyarakat. Karena itu, dia berharapa agar pasca pilpres media mengedepankan pemberitaan yang bernuanasa rekonsiliasi antara dua kelompok calon presiden yang berbeda pilihan.
Heranof Baasyr, jurnalis MetroTv yang diusir di rumah Polonia mengaku sudah sering melakukan peliputan aktivitas politik Prabowo Subianto selama proses pilpres berlangsung. Dia mengaku sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari sejumlah relawan capres nomor urut satu itu. "Sudah sering kesana (rumah Polonia) meliput kegiatan Prbaowo. Sudah sering di-bully, tapi kemarin itu yang paling parah,"ujarnya ketika dihubungi KONTAN.
Meski menyayangkan kejadian tersebut, Heranof mengaku memaafkan pihak yang mengusirnya. "Tapi saya kasihan dengan cameraman saya yang masih baru," ujar Heranof saat dihubungi KONTAN.
Sebelum insiden di rumah Polonia itu, dia mengaku juga pernah diusir oleh Prabowo Subianto sendiri ketika melakukan peliputan di kediaman Prabowo di Hambalang pada 9 Juli lalu.
KONTAN sudah berupaya meminta tanggapan dari Fadli Zon, Wakil Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Gerindra. Hingga berita ini ditulis, Fadli Zon belum merespons.
Selama proses pilpres berlangsung ada banyak keluhan masyarakat seputar pemberitaan media yang tidak berimbang, termasuk dari dua kubu calon presiden . Sayangnya, keluhan tersebut hanya disampaikan secara lisan melalui telpon ke Dewan Pers. Laporan yang disampaikan secara tertulis, kata Nezar, hanya ada dua.
Pertama, keberatan PDI-P Perjuangan atas pemberitaan di TVOne yang melansir berita bahwa partai tersebut ditunggai Partai Komunis Indonesia (PKI). "Pengaduan tersebut sudah diselesaikan Dewan Pers, PDI-P sudah meminta hak jawab dan TvOne sudah menayangkan hak jawab itu," ujarnya.
Pengaduan kedua adalah terkait pemimpin redaksi salah satu stasiun televisi swasta yang menjadi tim sukses salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pengaduan tersebut, menurut Nezar kini masih dalam proses pemeriksaan Dewan Pers.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News