Sumber: Kompas.com | Editor: Asnil Amri
FLORES. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (BPBD NTT), Tini Tadeus mengatakan, bencana angin kencang dan gelombang tinggi yang berdampak ke 21 kabupaten kota di provinsi tersebut hingga Senin (3/2) menewaskan delapan orang.
Korban terbanyak berasal dari Kabupaten Kupang. Di wilayah ini, empat orang tewas yaitu satu orang diterkam buaya, satu tertimpa pohon, dan dua yang lain terseret banjir.
Adapun empat korban yang lain, dua di antaranya berasal dari Kabupaten Lembata akibat kecelakaan kapal laut, satu di Kabupaten Alor karena tertimpa pohon, dan satu yang lain berasal dari Kabupaten Rote, juga karena tertimpa pohon.
Badai disertai rob di sekitar Pasir Panjang, Kota Kupang, mengakibatkan 159 orang mengungsi. Namun badai sudah reda Senin pagi, dan para pengungsi itu sudah kembali ke rumah masing-masing.
"Bersyukur tidak ada korban jiwa dalam badai rob yang menghantam Kota Kupang kemarin. Selain itu, kami sudah membuka tenda pengungsi di Kota Kupang untuk menangani para pengungsi yang terkena banjir," ungkap Tini.
Menurut Tini, badai rob juga menghantam Nangapanda, Kabupaten Ende, di Pulau Flores dan juga di Kabupaten Rote dan Kabupaten Malaka. Di Kabupaten Rote, ada sejumlah pengungsi mencari keselamatan di rumah tetangga terdekat. Juga ada sebagian rumah yang rusak.
Selain itu, di Kabupaten Malaka, di Desa Sikun dan Desa Oemanen, banjir merendam sejumlah rumah warga. Rumah yang terendam banjir disebabkan air laut pasang dan sungai meluap.
Sejumlah kapal penyeberangan di wilayah Nusa Tenggara Timur pun tidak berlayar akibat gelombang berketinggian 3 sampai 6 meter.
"Data yang diterima BPBD NTT dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika NTT menunjukkan gelombang tinggi sehingga kami anjurkan kapal penyeberangan dan kapal-kapal nelayan tidak berlayar," ujar Tini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News