kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.706.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.340   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.618   86,45   1,32%
  • KOMPAS100 963   10,57   1,11%
  • LQ45 753   6,24   0,83%
  • ISSI 204   3,07   1,52%
  • IDX30 391   2,33   0,60%
  • IDXHIDIV20 475   7,20   1,54%
  • IDX80 109   1,13   1,05%
  • IDXV30 113   2,27   2,05%
  • IDXQ30 129   1,02   0,80%

Deflasi 2 Bulan Berturut-turut Sinyal Pelemahan Daya Beli? Ini Penjelasan BI


Kamis, 06 Maret 2025 / 21:12 WIB
Deflasi 2 Bulan Berturut-turut Sinyal Pelemahan Daya Beli? Ini Penjelasan BI
ILUSTRASI. Pedagang menunggu pembeli di Pasar Klender, Jakarta, Jumat (28/2/2025).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut, deflasi yang terjadi dalam dua bulan beruntun yakni Januari-Februari 2025, bukan disebabkan saya beli yang melemah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, deflasi pada Januari 2025 mencapai 0,76% month to month (mtm), sementara pada Februari mencapai  0,48% mtm.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menyampaikan, secara umum BI akan melihat tingkat inflasi inti untuk mendapatkan gambaran terkait kemampuan daya beli masyarakat.

Baca Juga: Indef: Indikasi Deflasi Januari 2025 Mencerminkan Lemahnya Daya Beli

Pasalnya komponen inti yang mengalami inflasi mencerminkan interaksi antara penawaran dan permintaan. Sementara itu, komponen inti pada Februari 2025 justru mengalami inflasi sebesar 0,25% mtm, dan 2,48% year on year (yoy).

“Terkait dengan inflasi inti sendiri sampai dengan Februari, inflasi inti secara tahunan ada di kisaran 2,5% atau di 2,48%. Jadi masih di angka yang rendah dan stabil,” tutur Juli dalam Taklimat Media, Kamis (6/3).

Adapun ia menyebut, deflasi dua bulan beruntun lebih disebabkan karena adanya diskon tarif sebanyak 50% listrik periode Januari-Februari 2025 yang dilakukan pemerintah.

Selain itu, deflasi pada Februari 2025 terjadi karena penurunan harga pada kelompok administered prices yang terutama disumbang oleh komoditas tarif listrik, serta kelompok volatile food? disumbang oleh komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan aneka cabai.

Baca Juga: Deflasi Lima Bulan Beruntun, Airlangga Bantah Daya Beli Masyarakat Lesu

Sebelumnya BI menyebut akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan mempererat sinergi pengendalian inflasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2025.

Selanjutnya: Dana Nasabah di Perbankan Terancam Pindah ke SBN, Ini Alasannya

Menarik Dibaca: Jaga Kebugaran Saat Puasa, Ini Tips Diet Tanpa Nyeri Lambung dari Lighthouse

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×