Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Test Test
JAKARTA. Defisit APBN 2008 boleh saja turun, tapi rencana pinjaman luar negeri pemerintah tetap tidak berubah. Program utang pada 2008 tidak mengalami revisi dari target awal sebesar US$ 2,5 – 2,6 miliar, kendati defisit APBN tahun ini diperkirakan turun 16,4 triliun menjadi Rp 78 triliun atau setara 1,7 % dari PDB.
Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Lukita Dinarsyah Tuwo beralasan pembiayaan defisit tergantung pada situasi yang berkembang. Prinsipnya dana itu murah, risiko rendah, dan tersedia.
"Dengan kondisi tingkat bunga naik dan pasar tidak menentu seperti saat ini, pinjaman dalam negeri tidak menarik dan berisiko. Jadi, dengan kondisi defisit menurun, akan lebih aman jika pembiayaan pinjaman dalam negeri yang dikurangi sementara pinjaman luar negeri tetap," kata Lukita di Jakarta, Rabu (17/9).
Menurut Lukita, skenario pinjaman luar negeri tetap dipertahankan karena suku bunganya jauh lebih murah, ketimbang pinjaman yang ditarik dari pasar domestik.
Target pinjaman program sebesar US$ 2,5-2,6 miliar kemungkinan akan dipenuhi dari tiga sumber pembiayaan utama. Yaitu Bank Dunia sekitar US$ 1,2 miliar, Bank Pembangunan Asia (ADB) sekitar US$ 850 juta, dan Japan Bank for International Corporation (JBIC) sekitar US$ 500 juta. "Untuk saat ini, kita baru menandatangani pinjaman program terkait climate change dengan Jepang senilai US$ 300 juta," ujarnya.