Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Test Test
Tahun ini Pemerintah Indonesia meminta tambahan pinjaman dari Bank Pembangunan Asia alias Asia Development Bank (ADB). Dari komitmen semula sebesar US$750 juta naik menjadi US$ 830 juta. Selain untuk menutup defisit anggaran dalam APBN 2008, penambahan itu juga dimaksudkan sebagai persiapan Indonesia setelah tidak lagi mendapat pinjaman murah.
Permintaan penambahan pinjaman program ini dikemukakan oleh Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta saat bertemu dengan Presiden ADB Haruhiko Kuroda di Jakarta, Rabu (10/9). "Pemerintah Indonesia sangat senang jika ADB mau meningkatkan bantuan programnya paling tidak sama dengan tahun lalu," kata Paskah dalam pertemuan tersebut.
Kendati pemerintah telah memotong anggaran kementerian dan lembaga sebesar 15% pada tahun 2008, menurut Paskah defisit APBN masih mencapai 2% dari GDP. Defisit itulah yang membuat tambahan pinjaman menjadi sangat dibutuhkan pemerintah. Jika dikabulkan, Pemerintah Indonesia meminta utangnya nanti berbentuk rupiah.
Sebelumnya ADB hanya memberikan komitmen bantuan sebesar US$ 750 juta. Pinjaman ini untuk program reformasi pemerintah daerah sebesar US$ 350 juta, reformasi infrastruktur sebesar US$ 200 juta, dan bantuan pembangunan kebijakan sebesar US$ 200 juta. Pinjaman dari ADB ini lebih rendah dari permintaan Indonesia sebelumnya yang mencapai US$ 1 milliar.
Menjawab permintaan Paskah, Haruhiko Kuroda bilang sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia memang menghadapi berbagai masalah besar seperti kemiskinan dan pengangguran. Pada titik ini, Kuroda setuju Indonesia masih perlu mencari pinjaman lunak, termasuk ke ADB. "Tapi mulai tahun 2010, ada kemungkinan dana pinjaman ADB akan menurun. Kecuali ada suntikan dana modal yang perlu disetujui dewan komisaris," katanya.
Tentang utang berbentuk rupiah Kuroda tidak menolak, kendati akan banyak menemui kendala di tingkat pelaksanaan. Pasalnya, untuk memberikan pinjaman rupiah, akan ada rentang waktu antara memobilisasi dana dengan waktu pinjaman turun. Sehingga, jika jarak waktu tersebut terlalu lama, maka ADB mengalami kerugian. Sebab, dana rupiah yang menganggur pada waktu itu tidak dapat diinvestasikan ADB.