Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca perdagangan jasa pada tahun 2022 melebar bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bank Indonesia (BI) mencatat, defisit neraca perdagangan jasa pada tahun 2022 sebesar US$ 20,0 miliar, atau membengkak dari defisit US$ 14,6 miliar pada tahun 2021.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, salah satu yang mendorong defisit neraca jasa pada tahun lalu adalah peningkatan ekspor dan impor barang.
"Ekspor dan impor barang, juga harus membayar transportasi dan jasa asuransi," tutur David kepada Kontan.co.id, Selasa (21/2).
Baca Juga: Defisit Neraca Jasa Tahun 2022 Melebar, Ekonom Beberkan Sebabnya
Bila menilik data BI, neraca jasa transportasi barang pada tahun 2022 mencatat defisit sebesar US$ 7,29 miliar atau membengkak dari defisit tahun 2021 yang sebesar US$ 6,23 miliar.
Ini ditopang oleh defisit neraca jasa transportasi impor brang yang sebesar US$ 10,75 miliar atau meningkat dari defisit US$ 8,83 miliar pada bulan sebelumnya.
Selain itu, David juga melihat jumlah pelancong dari luar negeri ke dalam negeri belum terlalu banyak atau belum kembali ke masa pra pandemi Covid-19.
Di sisi lain, jumlah wisatawan Indonesia yang melancong ke luar negeri sudah mulai meningkat karena pembatasan kegiatan masyarakat yang tak seketat dulu.
Ke depan, David memperkirakan defisit neraca jasa bisa kembali melebar pada tahun 2023. Ini seiring dengan aktivitas impor yang kemungkinan naik seiring menguatnya permintaan dalam negeri.
Baca Juga: Eksportir Akan Wajib Parkir 30% DHE Selama Tiga Bulan
Namun, ia melihat juga ada potensi penyempitan defisit neraca jasa. Ini bila, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mulai meningkat.
"Apalagi China sudah mulai dibuka. Ini salah satu penyumbang terbesar wisman ke Indonesia. Kita harapkan turisme meningkat sehingga defisit jasa bisa membaik," tandas David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News