Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Ekonom Senior Faisal Basri mengungkapkan beberapa faktor yang membuat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 melebar mencapai 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Proyeksi defisit anggaran ini lebih tinggi dari target yang ditetapkan yakni sebesar 2,29% dari PDB dalam APBN 2024.
Faisal menyebut, penyebab defisit APBN yag membengkak tersebut dikarenakan adanya beberapa tambahan kebutuhan belanja. Seperti belanja pembayaran bunga utang, tambahan penyertaan modal negara (PMN) kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga pembiayaan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menelan biaya besar.
"Ada belanja tambahan misalnya PMN, bayar bunga (utang) naik, ini jadi upacara 17 Agustus di IKN itu biayanya mahal banget, tambahan subsidi," kata Faisal kepada awak media di Gedung DPR RI, Rabu (10/7).
Baca Juga: Bunga Utang Membengkak, Faisal Basri : Biasanya yang Dikorbankan Subsidi Rakyat
Namun, Faisal bilang, faktor utama yang menyebabkan melebarnya defisit APBN 2024 ini disebabkan turunnya penerimaan negara termasuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sehingga melesat dari target yang ditetapkan.
Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga komoditas mengingat penerimaan negara dari sektor sumber daya alam (SDA) cukup besar.
"Terutama si harus diakui penerimaannya termasuk PNBP turun, dibandingkan dengan APBN-nya yang tertera di APBN melesat," kata Faisal.
Asal tahu saja, Kementerian Keuangan memperkirakan pendapatan negara dalam APBN 2024 akan mencapai Rp 2.802,5 triliun atau tumbuh 0,7% yoy.
Utamanya dipengaruhi aktivitas ekonomi yang terjaga dan positif, implementasi reformasi perpajakan, peningkatan dividen BUMN dan peningkatan layanan kementerian/lembaga (K/L).
Sementara itu, outlook belanja negara dalam APBN 2024 diperkirakan mencapai Rp 3.412,2 triliun atau 102,6% dari pagu APBN 2024 atau tumbuh 9,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News