kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Bunga Utang Membengkak, Faisal Basri : Biasanya yang Dikorbankan Subsidi Rakyat


Rabu, 10 Juli 2024 / 15:46 WIB
Bunga Utang Membengkak, Faisal Basri : Biasanya yang Dikorbankan Subsidi Rakyat
ILUSTRASI. Faisal Batubara atau lebih dikenal sebagai Faisal Basri adalah ekonom dan politikus asal Indonesia. Foto/KONTAN/Djumyati Partawidjaja


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Ekonom Senior Faisal Basri menyoroti pembayaran bunga utang yang terus meningkat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika terus berlanjut, ini berpotensi mengurangi subsidi untuk rakyat.

Menurutnya, kondisi tersebut akan semakin membebani fiskal kedepannya. Pasalnya pembayaran bunga utang yang terus meningkat ini juga diikuti dengan kenaikan utang pemerintah yang semakin bertambah.

"Bayar bunganya ini naik terus mencapai 20% lebih dari total belanja pemerintah pusat. Pertanyaannya kenapa naik? ya karena utangnya nambah dan bunganya juga naik," ujar Faisal kepada awak media di Gedung DPR RI, Rabu (10/7).

Konsekuensi dari pembayaran bunga utang yang membengkak tersebut, kata Faisal, membuat anggaran-anggaran untuk kesejahteraan masyarakat terpaksa harus dipangkas. Ini dikarenakan pembayaran bunga utang bersifat wajib.

"Bayar bunga (utang) wajib, kalau gak kan kita default. Jadi prioritasnya adalah bayar bunga dulu, biasanya yang dikorbankan subsidi buat rakyat," katanya.

Baca Juga: Faisal Basri Sebut Pemerintah Beri Sinyal Harga Pertalite dan Solar Bakal Naik

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suminto mengungkapkan bahwa pembayaran bunga utang jatuh tempo yang direncanakan dalam APBN 2024 mengalami pembengkakan sekitar Rp 1,5 triliun.

Hal ini disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang terus berada di level Rp 16.000 per dolar AS atau jauh dari asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2024 yang sebesar Rp 15.000 per dolar AS. Anggaran belanja bunga utang dalam APBN 2024 pun akhirnya membengkak dari Rp 497,3 triliun menjadi Rp 498 triliun.

"Jadi sekitar Rp 1,5 triliun deviasi. Ya diantaranya kan kurs, enggak banyak berubah hanya sekitar Rp 1,5 triliun," kata Suminto.

Mengutip Buku II Nota Keuangan RAPBN 2024, pembayaran bunga utang sebesar Rp 497,3 triliun pada 2024 tersebut terdiri dari pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp 456,8 triliun, dan pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp 40,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×