Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang luar negeri pemerintah berpotensi membengkak sejalan dengan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 yang diperkirakan melebar.
Lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch Ratings, sebelumnya meramal defisit APBN bisa mendekati 3% dari produk domestik bruto (PDB) untuk tahun 2024 dan 2025. Perkiraan ini melebar dari target defisit APBN 2024 pemerintah yang sebesar 2,29% dari PDB.
Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai, kebutuhan utang luar negeri pemerintah Indonesia pada tahun ini tampaknya tidak akan terlalu besar. Apalagi kondisi fiskal hingga saat ini masih cukup baik.
Baca Juga: Defisit APBN Berpotensi Melebar, Utang Luar Negeri Pemerintah Bakal Terkerek?
"Lalu dari sisi perkembangan fiskal terutama APBN kita juga masih surplus berdasarkan data terakhir. Jadi wajar kalau kita lihat perkembangan utang juga angkanya tidak tumbuh secara agresif," tutur Myrdal, Kamis (16/5).
Untuk diketahui, APBN 2024 mencatat surplus sebanyak Rp 8,1 triliun hingga akhir Maret 2024. Surplus anggaran ini setara 0,04% produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, utang luar negeri pemerintah pada kuartal I 2024 tercatat sebesar US$ 192,2 miliar, turun dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar US$ 196,6 miliar.
Secara tahunan, utang luar negeri pemerintah terkontraksi sebesar 0,9% year on year (yoy), setelah tumbuh 5,4% yoy pada kuartal sebelumnya.
Meski demikian Myrdal menyebutkan arah kebijakan suku bunga The Fed yang belum pasti.
Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Turun Menjadi US$ 403,9 Miliar pada Kuartal I 2024
Lalu tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat perlu diwaspadai, karena akan mempengaruhi kondisi utang pemerintah.
"Tentunya terkait dengan perkembangan dari sisi APBN tahun depan misalnya ada program baru dan agresif, tentu kita harus menyiapkan diri untuk kebutuhan ekspansi fiskal kita," ungkap dia.
Adapun terkait dengan kemampuan pemerintah dalam membayar utang, Myrdal melihat kondisinya masih dalam keadaan baik meskipun posisi rasio pembayaran utang atau debt service ratio (DSR) Tier-1 pada kuartal I-2024 mencapai 17,41%, atau naik tipis dari kuartal IV-2023 yang sebesar 17,11%.
"Kalau melihat posisi APBN, kemudian dari posisi primary income kita juga sama baik, dari posisi fiskal balance kita pun baik. Mungkin untuk ke depannya posisi fiskal kita masih solid untuk menopang utang, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri," ujar Myrdal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News