Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah optimistis defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 akan lebih kecil dari target yang ditetapkan sebelumnya.
Sebelumnya, pemerintah menetapkan defisit APBN 2021 sebesar Rp 1.006,4 triliun. Namun, dengan melihat perkembangan hingga pertengahan tahun ini di mana defisit anggaran tercatat Rp 283,2 triliun, pemerintah yakin defisit anggaran bisa ditekan menjadi Rp 939,6 triliun atau lebih rendah Rp 66,8 triliun dari target.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ini adalah hal yang perlu diapresiasi. Pasalnya, di tengah kerja keras APBN 2021 akibat adanya pandemi Covid19, tetapi pemerintah masih bisa menjaga angka defisit anggaran.
“Ini adalah sesuatu yang bagus. Artinya, APBN akan tetap responsif, membantu rakyat, dunia usaha, dan penanganan Covid-19 tetapi masih tetap menjaga defisit di tingkat yang hati-hati,” ujar Sri Mulyani dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (12/7).
Baca Juga: Sri Mulyani merelaksasi batas akhir waktu pembayaran cukai secara berkala
Optimisme mengecilnya defisit anggaran di tahun ini didorong moncernya penerimaan negara. Sri Mulyani mengatakan, outlook penerimaan negara tahun ini akan sebesar Rp 1.760,7 triliun atau melampaui target yang ditetapkan di APBN 2021 yang sebesar Rp 1.743,6 triliun.
Bila dibandingkan dengan pendapatan negara 2020 dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) teraudit yang sebesar Rp 1.647,8 triliun, pendapatan negara tahun ini diprediksi bisa naik 6,9% yoy.
Penerimaan kepabeanan dan cukai diprediksi bisa mencapai Rp 224,1 triliun atau 104,3% dari target APBN 2021 yang sebesar Rp 215,0 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga diperkirakan bisa mencapai Rp 357,7 triliun atau tembus 119,9% dari target yang ditetapkan di APBN 2021 yang sebesar Rp 298,2 triliun.
Pun dengan penerimaan hibah diprediksi akan sebesar Rp 2,7 triliun atau meroket 299,1% dari target APBN 2021 yang sebesar Rp 900 miliar.
Hanya saja, penerimaan pajak di tahun ini diperkirakan Rp 1.176,3 triliun atau masih kurang Rp 53,3 triliun dari target penerimaan pajak di tahun 2021 yang ditetapkan Rp 1.229,6 triliun.
“Jadi, penerimaan negara diharapkan bisa sedikit di atas taret APBN 2021. Namun, ini sangat tergantung pada sisi ekonomi dan Covid-19, terutama di penerimaan perpajakan. Namun, harapannya kondisi ekonomi akan tetap pulih sehingga target penerimaan perpajakan bisa tercapai,” tambahnya.
Dari sisi belanja, diperkirakan akan terserap 98,2% dari pagu Rp 2.750 triliun. Belanja pemeirntah pusat diperkirakan terealisasi 98,7% atau setara Rp 1.929,6 triliun dari pagu yang sebesar RP 1.954,5 triliun.
Sementara transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) diperkirakan akan terserap 96,9% atau Rp 770 triliun dari pagu yang sebesar Rp 795,5 triliun.
Lebih lanjut, meski outlook defisit anggaran lebih kecil dari target APBN 2021, tetapi defisit fiskal masih berada dalam rentang 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sri Mulyani bilang, besaran persennya defisit nanti akan tergantung pada pencapaian nominal PDB Indonesia di tahun ini yang akan dihitung berdasarkan perhitungan BPS.
Selanjutnya: Dibayangi perkembangan Covid-19, shortfall pajak 2021 diperkirakan Rp 53,3 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News