Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pengamat politik pernah menyebut "Rhoma Irama Effect" sebagai salah satu faktor melonjaknya suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada Pemilu Legislatif 2014.
Tak heran, jika beredarnya isu kemunduran Rhoma Irama dari bakal capres PKB akibat pencawapresan Muhaimin Iskandar seringkali dinilai sebagai strategi politik.
"Kita tidak tahu soal effectnya secara besar. Namun, di PKB Rhoma Effect itu betul. Tetapi tidak 100% karena Rhoma Effect. Karena wilayah-wilayah kampanye yang dimasuki oleh Rhoma tidak 34 provinsi. Hanya titik-titik dimana PKB minim. Tetapi titik-titik itu sudah dicapai Rhoma dengan luar biasa," ujar Debby Rhoma, putri Rhoma Irama.
Menurut Debby, Rhoma Irama berkat "effectnya" berhasil menuntun beberapa provinsi untuk mengenal PKB. Seperti contohnya di Bengkulu, PKB sudah bisa mendapat satu kursi sementara selama ini belum bisa.
Kedua, di Aceh juga Lombok. Jawa Barat pun semua daerahnya bisa mendapat kursi untuk PKB setelah Rhoma Irama berkampanye ke daerah-daerah tersebut.
"Tetapi kan tidak semua wilayah Rhoma masuk ke sana. Seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Rhoma tidak masuk. Jadi, Rhoma effect itu hanya berlaku di daerah yang dimasuki Rhoma. Karena mungkin di daerah-daerah lain itu ada efek yang lain, misalnya effect NU, effect JK (Jusuf Kalla), atau effect Mahfud MD," imbuh Debby.
Debby menilai, meskipun berhasil memberikan efek di PKB, namun jika menurut prosedur yang dilakukan PKB Rhoma Irama tidak bisa jadi capres ataupun cawapres, keluarga akan ikhlas.
"Meskipun begitu, peluang-peluang untuk wapres kan masih terbuka untuk Papa (Rhoma Irama). Itu yang kita masih olah karena semua partai belum final akan berkoalisi dengan siapa. Jika hasil tidak bisa mencapreskan Papa, ya kita legowo. Seperti halnya ketika Fauzi Bowo bersama Jokowi di pilkada. Pak Fauzi kalah, ya kita ikhlas dengan kekalahan tersebut," ungkap Debby
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News