kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data pangan nasional penting untuk tata kelola pangan Indonesia


Kamis, 09 Januari 2020 / 21:32 WIB
Data pangan nasional penting untuk tata kelola pangan Indonesia
ILUSTRASI. Petani memanen padinya di area persawahan Pattalassang, Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (29/6/2019). Data pangan nasional akan sangat berguna bagi tata kelola pangan Indonesia ke depannya.


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menyatakan, data pangan nasional akan sangat berguna bagi tata kelola pangan Indonesia ke depannya.

Menurutnya, data tersebut akan menjadi sangat penting karena akan menjadi acuan dari setiap keputusan yang akan diambil oleh pemerintah. "Tentu data tersebut menjadi sangat penting, sehingga keputusan apa pun misalnya keputusan impor itu dilakukan dengan tepat," ujar Dwi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/1).

Ia berharap, dengan adanya data pangan nasional ini maka ke depannya petani dan konsumen tidak lagi dirugikan. Pasalnya, data ini akan memberikan informasi komoditas utama dan menjadi sumber acuan bagi setiap pengambilan keputusan.

Baca Juga: Data pangan BPS jadi acuan kebijakan, ini saran pengamat pertanian IPB

Mengenai target pengerjaan data pangan nasional yang molor, kata Dwi, sangat dimaklumi. Itu karena, pengumpulan data pangan nasional bukan pekerjaan yang mudah, apalagi komoditas padi dan jagung termasuk ke dalam data yang sangat penting.

"Apalagi data jagung kan baru pertama kali dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan tidak mudah mengumpulkan data terkait data jagung," tambah Dwi.

Ke depannya, Dwi berharap, tidak hanya data padi dan jagung yang menjadi perhatian BPS. Ia menyebutkan data komoditas penting lainnya juga dapat dikelola dengan baik oleh BPS.

Misal data produksi gula, populasi sapi, populasi ayam, dan bawang merah. Untuk selanjutnya, Dwi mengatakan BPS bisa mulai masuk ke data komoditas holtikultura.

"Komoditas lain yang sangat penting juga harus diperhatikan, dalam arti data-data komoditas yang memiliki dampak sangat besar terhadap masyarakat dan juga memiliki inflasi," kata Dwi.

Baca Juga: Kementan catat total luas lahan baku sawah saat ini sebesar 7,46 juta hektare

Sebagai tambahan, hingga saat ini Badan Pusat Statistik belum memberikan kepastian kapan data pangan ini akan selesai digarap. BPS berharap, proses pengerjaan data pangan bisa diselesaikan secepatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×