Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Iklim investasi sempat bergejolak terkena dampak virus corona. Belum lagi anjloknya harga minyak dunia hingga 20% turut memperparah situasi. Pasar saham menjadi yang paling terkena imbas dari situasi tersebut.
Pada perdagangan Senin (9/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 6,58% ke level 5.136,809 alias menjadi level terendah IHSG sejak Desember 2016. Namun hari ini, (10/3) IHSG terlihat mulai membaik dan berhasil menguat 1,64% ke level 5220.826
Danareksa Investment Management (DIM) melihat situasi tersebut bisa dicegah agar tidak semakin parah melalui upaya relaksasi dan pemberian stimulus yang dilakukan oleh pemerintah. Pasalnya, sebagian besar pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi domestik.
“Selama di Indonesia tidak panik, daya beli masyarakat dijaga, serta ada upaya relaksasi dari pemerintah terhadap korporasi, saya rasa dampak situasi saat ini terhadap Indonesia tidak akan separah terhadap dampak negara maju,” jelas Direktur Utama DIM Marsangap P Tamba kepada Kontan.co.id, Selasa (10/3).
Baca Juga: BREAKING NEWS: Bertambah 8, kini ada 27 orang terinfeksi corona di Indonesia
Salah satu upaya yang telah diambil Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah mempermudah proses pembelian kembali (buyback) saham tanpa perlu mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Marsangap menilai jika benar 12 BUMN mau melakukan buyback, maka IHSG berpotensi akan membaik. Apalagi besaran buyback mencapai Rp 8 triliun yang dinilai bisa menambah nilai transaksi harian.
“Buyback bisa mengangkat kinerja IHSG karena tambahan eksternal (Rp 8 triliun) itu lumayan besar untuk menggerakkan pasar. Sebelum rush kemarin kan, nilai transaksi harian sempat sepi ke Rp 3 triliun. Jadi kalau ada dana tersebut ya lumayan," tutur Marsangap.
Berdasarkan data yang didapatkan Kontan.co.id, terdapat 12 emiten yang akan melakukan aksi buyback dengan total nilai mencapai Rp 7 triliun - Rp 8 triliun. Berikut rincian anggaran buyback dari masing-masing emiten:
1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sekitar Rp 300 miliar
2. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sekitar Rp 1,8 triliun
3. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sekitar Rp 500 miliar-Rp 1 triliun
4. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sekitar Rp 300 miliar
5. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sekitar Rp 300 miliar
6. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sekitar Rp 400 miliar
7. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) sekitar Rp 500 miliar
8. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sekitar Rp 150 miliar
9. PT PP Tbk (PTPP) sebesar Rp 300 miliar
10. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sekitar Rp 100 miliar-Rp 200 miliar
11. PT Timah Tbk (TINS) sekitar Rp 100 -200 miliar
12. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar Rp 350 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News