kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak pengurangan neraca The Fed ke Indonesia


Selasa, 25 April 2017 / 20:43 WIB
Dampak pengurangan neraca The Fed ke Indonesia


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

Pengurangan neraca dan kenaikan bunga The Fed tak signifikan naikkan beban utang pemerintah

JAKARTA. Rencana pengurangan neraca Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dinilai menjadi salah satu tantangan yang datang dari global. Setelah menjadi salah satu pertimbangan Bank Indonesia (BI) dalam mempertahankan suku bunga acuannya, rencana normalisasi itu juga dinilai bisa meningkatkan beban bunga utang pemerintah Indonesia.

Saat ini, The Fed memegang sekitar US$ 4,5 triliun yang US$ 3,5 triliun diantaranya berupa US Treasury. Petinggi The Fed berencana mengurangi neraca secara bertahap, walau belum menentukan secara pasti besaran yang akan dikurangi.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, dengan rencana pengurangan neraca The Fed melalui penjualan obligasi yang dilakukan selama masa resesi dan pemulihan maka suplai obligasi semakin besar. Hal tersebut membuat harga obligasi menjadi murah sehingga imbal hasil (yield) meningkat.

Hal ini akan terefleksi pada imbal hasil US Treasury. Belum lagi, dengan kelanjutan kenaikan suku bunga The Fed di tahun ini. Hal tersebut menambah dampak terhadap imbal hasil obligasi.

"Jadi beban pembayaran utang Indonesia dari kredit bilateral naik dan beban untuk penerbitan obligasi naik," kata Juniman, Selasa (25/4).

Pihaknya memperkirakan, The Fed akan mengurangi neracanya mulai semester kedua tahun ini dan menaikkan suku bunga acuan di Juni atau September dan akhir tahun ini.

Sementara itu, berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu), posisi utang pemerintah hingga akhir Maret 2017 tercatat sebesar Rp 3.649,75 triliun, naik Rp 138,59 triliun dibanding posisi akhir Desember tahun lalu.

Menengok data lima tahun ke belakang, posisi utang pemerintah memang terus meningkat. Tahun 2012 silam, posisi utang pemerintah baru mencapai Rp 1.977,77 triliun.

Tak hanya itu, rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) lima tahun ke belakang juga terus mengalami peningkatan. Rata-rata rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 sebesar 25,66% dari PDB.

Meski demikian, Juniman meyakini pemerintah akan mengelola pembayaran utang. "Pemerintah akan atur, kalaupun ada kenaikan, kenaikannya akan terukut," tambah dia.

Pemerintah lanjut dia juga berencana menerbitkan seluruh obligasi global di semester pertama tahun ini untuk menghindari tekanan tersebut.

Oleh karena itu, ia juga memperkirakan rasio utang pemerintah dan rasio total utang pemerintah dan swasta tahun ini masih berada di batas yang aman, sekitar 29% dari produk domestik bruto (PDB). Meski angka itu naik dari posisi akhir 2016 yang sebesar 28,3% dari PDB.

Di sisi lain, swasta juga masih mengerem utang luar negerinya. Dengan demikian, rasio total utang luar negeri pemerintah dan swasta tahun ini diperkirakan Juniman masih dalam batas yang aman.

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi juga memperkirakan, dampak dari pengurangan neraca The Fed tidak terlalu berdampak pada nilai tukar rupiah lantaran pengurangannya akan dilakukan secara bertahap. Sementara itu, dampak terhadap utang Indonesia tergantung pada seberapa besar tekanan terhadap rupiah.

Ia juga mengatakan, pengurangan neraca dan kenaikan suku bunga acuan The Fed bisa mendorong ke arah kenaikan yield obligasi global pemerintah Indonesia. Namun, dampaknya terhadap kenaikan beban utang pemerintah dipengaruhi faktor lain.

"Misalnya, seberapa besar kebutuhan untuk menerbitkan obligasi global untuk membiayai defisit anggaran," tambahnya.

Jika strategi front loading sudah penuhi sebagian besar kebutuhan pembiayaan APBN maka dampak dari rencana kebijakan The Fed tersebut tidak terlalu besar terhadap kenaikan imbal hasil obligasi global pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×