Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can
JAKARTA. Hingga 20 September 2011, kepemilikan asing surat utang negara (SUN) tercatat sebesar Rp 233,49 triliun. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, kepemilikan asing tersebut turut sebesar Rp 17,74 triliun dalam 11 hari. Sebab, per 9 September lalu, kepemilikan asing di SUN masih sebesar Rp 251,23 triliun.
Ekonom INDEF Ahmad Erani Yustika menilai, keluarnya investor asing ini merupakan pelajaran bahwa akomodasi terhadap sektor keuangan internasional cukup buas baik melalui pasar modal, termasuk SUN dan SBI sama seperti menempatkan stabilitas ekonomi nasional di tangan para spekulan global. "Setelah era utang luar negeri relatif berkurang, negara maju dan para spekulannya menjadikan instrumen pasar uang untuk menenggelamkan ekonomi negara berkembang, seperti Indonesia," jelasnya, Kamis (22/9).
Erani bilang pemerintah seharusnya mulai sadar dengan kondisi yang terjadi saat ini. Dia menyarankan pemerintah mulai memanfaatkan otoritas untuk menolak aksi pembajakan instrumen keuangan oleh spekulan internasional yang bisa membahayakan kondisi ekonomi di dalam negeri.
Menurutnya, pemerintah harus membersihkan mesin-mesin perekonomian dari pengaruh ekonomi barat yang tidak sehat seperti liberalisasi perdagangan dan keuangan dengan momentum saat ini. "Kita harus kembali ke jati diri ekonomi nasional yang menempatkan sumber daya ekonomi domestik sebagai pemicu daya gerak dan gugah perekonomian," katanya.
Untuk melakukan pembersihan mesin-mesin perekonomian dari pengaruh ekonomi barat ini, Erani mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Antara lain, membersihkan SBN, SUN dan SBI dari mafia keuangan asing, melakukan renegosiasi liberalisasi pasar keuangan dan perdagangan, memperkuat sektor industri dan pertanian, mendorong investasi domestik dan memperkokoh UMKM.
Di sisi lain, dia mengatakan pemerintah juga harus mempercepat reformasi birokrasi, menciptakan politik anggaran yang sehat, dan konsolidasi BUMN. "Dengan jalan ini, pada tahun-tahun mendatang nasib kita tidak akan ditentukan oleh para peternak (spekulan) uang global," ungkap Erani.
Namun, pemerintah rupanya masih tenang saja. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Brodjonegoro mengatakan gejolak yang terjadi di pasar uang dan pasar modal saat ini adalah bentuk kepanikan investor. Dia belum melihat terjadinya krisis ekonomi global. "(krisis) Belum terjadi, tapi ada kekhawatiran," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News