kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China absen dalam daftar investor INA, ini kata Kemenko Perekonomian


Rabu, 10 Februari 2021 / 19:09 WIB
China absen dalam daftar investor INA, ini kata Kemenko Perekonomian
ILUSTRASI. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan pers usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Senin (4/1/2021).


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah saat ini tengah menjajaki calon investor Indonesia Investment Autority (INA). Sebab, lembaga yang akan menjadi alternatif pembiayaan anggaran negara ini, segera beroperasi di kuartal I-2021.

Namun demikian, China sebagai salah satu investor langganan belum memutuskan untuk menempatkan dananya di LPI.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan beberapa investor yang sudah mengajukan komitmen ke INA antara lain United States International Development Finance Corporation (US DFC), Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Caisse de depot et placement du Wuebec (CDBQ)-Canda, dan perusahaan pengelolaan aset asal Belanda yakni APG-Netherland.

Kata Airlangga, dana yang dihimpun dari empat investasi tersebut mencapai sekitar US$ 9,5 miliar atau setara Rp 133 triliun. Nilai komitmen itu, setara dengan 47,5% dari target investasi INA yang mencapai US$ 20 miliar.

Baca Juga: Respons pemerintah terkait absennya China dalam daftar investor SWF Indonesia

Airlangga menambahkan, pemerintah telah menjalin komunikasi dengan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), tapi masih belum ada konfirmasi soal nominal yang bakal diinvestasikan.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menambahkan, tidak ada tendensi apa pun terkait China yang belum masuk jajaran komitmen investasi INA. Toh, China masih masuk jajaran kontributor terbesar realisasi foreign direct investment (FDI) yang dilaporkan oleh Badan Koornasi Penanaman Modal (BKPM).

Adapun data BPKM menujukkan sepanjang tahun lalu realisasi investasi China mencapai US$ 4,5 miliar. Angkat tersebut setara 16,7% dari total FDI secara keseluruhan yakni US$ 28,7 miliar. Pencapaian ini memosisikan China sebagai kontibutor FDI terbanyak setelah Singapura.

“Kalau (investor) Sovereign Wealth Fund (SWF) atau INA kan hanya masalah waktu. Jadi tidak ada masalah,” kata Iskandar kepada Kontan.co.id, Rabu (10/2).

Tim Pengkaji Pembentukan INA dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arief Budiman menambahkan perkembangan daftar calon investor INA saat ini ditampung oleh Dewan Pengawas (Dewas) INA. Kemudian, saat Dewan Direktur INA sudah ditunjuk, barulah Dewas menetapkan kerjasama dengan investor terkait.

Baca Juga: Siap-siap, saham BRIS dipublik akan dibuat jadi minimal 7,5%




TERBARU

[X]
×