Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Mantan Menteri Keuangan sekaligus ekonom Muhammad Chatib Basri memperkirakan, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunganya di tahun ini. Perkiraan Chatib ini berbeda dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunganya sebanyak satu kali di akhir tahun ini.
Menurut Chatib, perkiraannya tersebut merujuk pada ketidakpastian pasar keuangan sebagai dampak dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Di sisi lain, ia juga melihat ekonomi AS belum terlalu kuat.
"Kalau kemudian The Fed naikkan (suku bunga) lagi, itu efeknya kepada perekonomian Amerika cukup signifikan," kata Chatib usai acara UOB Indonesia Economic Outlook di Hotel Indonesia Kempinski, Rabu (16/11).
Meski demikian menurutnya, pertengahan 2017 The Fed kemungkinan menaikkan suku bunganya. Sebab, jika Trump melakukan ekspansi fiskal maka akan membuat defisit anggaran negaranya meningkat. Sama seperti Indonesia, potensi pelebaran defisit tersebut akan ditutup oleh penerbitan obligasi pemerintahnya.
Kalau dia keluarkan obligasi, dia serap uang dari pasar, itu tingkat bunganya mau tidak mau akan naik. Nah, pada saat itu terjadi, mungkin di 2017," tambahnya.
Chatib juga mengatakan, jika tahun depan Bank Indonesia (BI) ingin menurunkan suku bunga, maka bank sentral perlu melihat inflasi nasional dan kondisi AS. Jika The Fed menaikkan suku bunganya cukup drastis di tahun depan, maka BI perlu menahan suku bunga acuan.
"Saya kira, kalau sekarang masih ada ruang, sepertinya BI tidak akan cut dulu," tambah Chatib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News