Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan cara efektif satu-satunya untuk menurunkan anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) adalah dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. Kalau hal tersebut dilakukan, ruang fiskal pemerintah bisa lebih besar.
Chatib bilang, defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 bisa di bawah 1,5% dari PDB apabila harga subsidi BBM dinaikkan. "Baseline defisit (APBN 2015) itu pada kisaran 1,7%-2,5%. Tapi nanti kalau kemudian pemerintah baru mengambil kebijakan dengan turunkan subsidi BBM maka defisit bisa di bawah 1,7%, bahkan bisa di bawah 1,5%," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Selasa (12/8).
Asal tahu saja, pemerintahan sekarang akan membahas RAPBN 2015 setelah nota keuangan dibacakan presiden pada 15 Agustus. Pembahasan RAPBN akan selesai pada 23 September. Pengajuan defisit dalam RAPBN 2015 yang dirancang pemerintah adalah pada kisaran 1,7%-2,5% dari PDB. Apabila pemerintahan baru ingin mengubah APBN 2015, maka pada awal tahun 2015 bisa mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015.
Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini menjelaskan dengan subsidi BBM diturunkan, baik dengan menaikkan harga atau dengan cara apapun maka akan ada ruang fiskal yang lebih besar. Ruang fiskal ini nantinya dapat digunakan untuk membangun infrastruktur.
Misalnya, dengan volume BBM bersubsidi 48 juta kiloliter, kalau ada kenaikan harga Rp 1.000 saja maka akan ada penghematan anggaran Rp 48 triliun. Kalau ada kenaikan Rp 2.000 maka akan ada penghematan Rp 96 triliun.
"BBM itu kan dinikmati oleh menengah atas. Itu saja kalau dinaikkan sudah bagus," tandasnya. Adapun untuk urusan kenaikan harga BBM sendiri, Chatib menegaskan bahwa otoritasnya berada di tangan pemerintahan baru.
Apakah akan ada usulan kebijakan kepada pemerintahan baru untuk menaikkan harga BBM, Chatib enggan berkomentar. Hanya saja, dalam hal ini Presiden SBY akan bertemu dengan presiden terpilih. Kemudian dari hasil pertemuan tersebut, apakah tim ransisi bakal bertemu dengan pemerintah sekarang atau tidak, dirinya tidak mengetahui.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News