Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat inflasi Indonesia kini telah bergerak di kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga 4% yoy.
Data terkini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia pada Agustus 2023 sebesar 3,27% yoy.
Meski tetap dalam kisaran sasaran BI, inflasi tahunan pada bulan Agustus 2023 rupanya lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,08% yoy.
Salah satu penyumbang kenaikan inflasi pada bulan lalu adalah komponen harga bergejolak. Komponen tersebut mencatat inflasi sebesar 2,42% yoy, setelah pada bulan Juli 2023 deflasi 0,03% yoy.
Baca Juga: Inflasi Inti pada Agustus 2023 Melandai, Ini Kata Ekonom
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi selama setahun terakhir adalah beras, bawang putih, daging ayam ras, dan telur ayam ras.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual pun mengingatkan, kenaikan harga pangan ini masih menjadi momok bagi pergerakan inflasi pada sisa tahun 2023 maupun pada tahun 2024.
"Risiko timbul dari fenomena El Nino, yang bila berkepanjangan akan menimbulkan gagal panen," terang David kepada Kontan.co.id, Minggu (3/9).
Dalam menjaga pergerakan inflasi pangan pada sisa tahun ini maupun pada tahun depan, David pun menyarankan beberapa hal.
Pertama, adanya dana penanganan inflasi pangan. Namun, ia menyarankan dana yang ada juga diarahkan pada peningkatan produksi pangan.
Baca Juga: Modalku Telah Salurkan Pendanaan Rp 51 Triliun Terhadap 5,1 Juta UMKM
Sehingga, nantinya ketersediaan pangan akan berkelanjutan yang tentu saja baik untuk masa depan suplai pangan Indonesia.
Kedua, meningkatkan produktivitas lahan pertanian pangan. Seperti, padi, cabai, bawang-bawangan. Mengingat, ini merupakan beberapa komoditas paling banyak menyumbang inflasi.
Ketiga, diversifikasi pangan. David mengambil contoh terkait makanan pokok. Makanan pokok di Indonesia bukan hanya beras, tetapi bisa juga dari jagung, kentang, dan lain-lain.
"Misalnya suatu daerah sudah terbiasa makan jagung atau kentang, jangan dipaksa untuk bisa makan nasi. Jadi, ini merupakan salah satu diversifikasi pangan," imbuhnya.
Baca Juga: Harga Sejumlah Komoditas Pangan Mendaki, Hati-Hati Ancaman Bagi Inflasi
Keempat, impor pangan. Namun, David menekankan impor pangan menjadi opsi terakhir. Ia lebih menyarankan agar pemerintah meningkatkan produktivitas pangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News