kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.284   -189,00   -1,17%
  • IDX 6.993   -114,84   -1,62%
  • KOMPAS100 1.043   -20,80   -1,95%
  • LQ45 819   -14,92   -1,79%
  • ISSI 213   -3,44   -1,59%
  • IDX30 418   -8,19   -1,92%
  • IDXHIDIV20 504   -9,27   -1,80%
  • IDX80 119   -2,43   -2,01%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,45   -1,72%

Cegah Peningkatan Inflasi Pangan, Impor Menjadi Salah Satu Opsi


Minggu, 06 Agustus 2023 / 22:18 WIB
Cegah Peningkatan Inflasi Pangan, Impor Menjadi Salah Satu Opsi
ILUSTRASI. Proyeksi inflasi. Aktifitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta,


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai peristiwa kini mengancam harga pangan Indonesia. Sebut saja potensi el-nino atau angin kekeringan juga kebijakan proteksi ekspor pangan negara-negara di dunia.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, berbagai peristiwa tersebut memang mungkin mengerek inflasi pangan Indonesia.

Josua menjelaskan, dampaknya baru akan terjadi pada enam bulan hingga 12 bulan ke depan. Alias, kemungkinan inflasi pangan baru terungkit pada pertengahan tahun 2024.

Baca Juga: Badan Pangan Nasional Pastikan Stok Pangan Cukup Hingga Akhir 2023

"Bila melihat yang sudah terjadi, ada el-nino pada tahun 1980-an, 1990-an, maupun 2015, memang dampaknya akan mengungkit inflasi tetapi ada jeda waktunya," tegas Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (6/8).

Dengan kondisi ini, Josua kemudian memandang pentingnya upaya pemerintah untuk memastikan stok pangan terjaga, untuk menekan kemungkinan kenaikan inflasi pangan pada tahun depan.

Ia bahkan mendorong pemerintah untuk melakukan impor, tetapi dengan catatan impor yang dilakukan sesuai kebutuhan.

Untuk itu, Josua memandang pentingnya data akurat terkait stok pangan di nasional dan di daerah-daerah. Ini agar memudahkan keputusan pemerintah terkait jumlah barang yang akan diimpor.

Untuk negara yang bisa menjadi mitra dagang Indonesia, Josua membuka opsi pemerintah untuk melakukan penjajakan dengan negara-negara non tradisional.

Ia mengapresiasi langkah pemerintah yang tengah menjajaki impor daging dari Afrika Selatan. Bila menilik data otoritas statistik, biasanya Indonesia impor daging dari Australia.

"Jadi, jangan bergantung dengan satu suplier saja. Karena saat ada hambatan, bisa melonjak harga. Terutama terkait komoditas dengan andil ke inflasi yang cukup besar," tuturnya.

Sedangkan untuk tahun ini, Josua optimistis inflasi tetap sesuai jalur, alias bergerak di kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% year on year (YoY) hingga 4% YoY.

Baca Juga: Jika Krisis Pangan Tidak Bisa Teratasi, Inflasi Bisa Terkerek hingga ke Level 4,5%

Lebih tepatnya, ia memperkirakan inflasi pada tahun ini mungkin berada di bawah 3% YoY.

Namun, bila kondisi stok pangan tak teratasi dengan baik, maka ia membuka opsi inflasi pangan mulai terasa pada tahun ini.

Sehingga, ia memberi skenario terburuk, inflasi umum bergerak di kisaran 3% YoY hingga 3,5% YoY. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×