kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45900,26   1,51   0.17%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Catatan Sejarawan UGM, soal keaslian keris Pangeran Diponegoro dari Belanda


Rabu, 11 Maret 2020 / 04:00 WIB
Catatan Sejarawan UGM, soal keaslian keris Pangeran Diponegoro dari Belanda


Reporter: Abdul Basith, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - Kunjungan Raja dan Ratu Belanda membawa kesan bagi bangsa Indonesia. Mereka secara resmi menyerahkan benda bersejarah peninggalan bagi bangsa Indonesia yang ratusan tahun disimpan di Belanda. 

Dalam kunjungan Raja Kerajaan Belanda, Willem- Alexander beserta Ratu Maxima, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3) secara resmi menyerahkan benda bersejarah yaitu keris yang pernah dipergunakan oleh Pangeran Diponegoro, kepada Pemerintah Indonesia.

Keris peninggalan Pangeran Diponegoro itu disebut-sebut memiliki nama Kiai Naga Siluman. Keris bersejarah itu merupakan salah satu koleksi dari musuh bebuyutan bangsa Belanda dalam perang di tanah Jawa pada 1825 – 1830. Keris itu sampai di tanah kincir angin sebagai bukti Belanda telah mengalahkan perlawanan Pangeran Diponegoro di perang Jawa.

Baca Juga: Raja dan Ratu Belanda serahkan keris Pangeran Diponegoro ke Presiden Jokowi

Lalu apakah benar sebilah keris itu merupakan peninggalan Pengeran Diponegoro? Penelusuran keaslian keris ini memang memerlukan jalan pajang. 

Berdasarkan catatan Sejarawan UGM yang terlibat dalam proses verifikasi keris Pangeran Diponegoro di Belanda yakni Sri Margana, proses verifikasi keris ini berlangsung pada Bulan Februari 2020. 

Sri Margana seperti di kutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengaku dirinya sempat memiliki sedikit perbedaan pendapat dengan tim peneliti dari Belanda tentang salah satu dari tiga binatang yang diukirkan pada keris itu.

Tim sebelumnya menyatakan bahwa binatang ketiga itu adalah singa, harimau atau gajah. Namun, setelah melihat langsung objeknya Sri Margana memastikan bahwa binatang yang diinterpretasikan sebagai gajah, singa atau harimau itu sebenarnya adalah Naga Siluman Jawa.

"Dari ukiran Naga Siluman Jawa ini saya berkeyakinan bahwa keris ini adalah keris Pangeran Diponegoro yang dinamai Naga Siluman itu," kata Sri Margana, Sabtu (7/3).

Kesimpulan Margana ini dibernarkan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid. Hilmar adalah juga seorang sejarawan. Selain itu pendapatnya didukung oleh Duta Besar RI untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja.

Baca Juga: Pemerintah manfaatkan kunjungan Raja Belanda untuk lobi penyetaraan sertifikat sawit

Tak hanya itu, sejarawan yang juga jurnalis Bonnie Triyana, yang menjadi bagian dari delegasi Indonesia mendukung pendapat ini.

Margana juga menceritakan perjalanan panjang bagaimana Keris Pangeran Diponegoro ini bisa ditemukan.  Sebelumnya Museum Volkenkunde di Leiden sudah lama mencoba mencari Keris Diponegoro yang ada di koleksinya sejak tahun 1984. 

Orang pertama yang melakukan upaya ini adalah Pieter Pott kurator museum dan kemudian menjadi Direktur Museum, kemudian diikuti oleh Prof. Susan Legene dari Frije Universiteit Amsterdam, Johanna Leifeldt (1917) dan Tom Quist (2019).

Dari penelitian yang dilakukan oleh empat peneliti itu menemukan ada tiga keris yang diduga milik Pangeran Diponegoro. Akhirnya pada tahun 2019 peneliti lain Tom Quist sepakat dengan pendapat Johanna Leifeldt bahwa dua keris yang lain yang ditemukan oleh Pieter Pott dan Susan Legense dipastikan bukan keris milik Pangeran Diponegoro.

Kepastian bahwa keris Diponegoro ada di Belanda dibuktikan dari tiga dokumen penting. Pertama adalah dokumen korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831.

Dalam korespondensi itu menyebutkan bahwa Kolonel J.B. Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro. Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu, pada tahun 1883 keris ini diserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.

Dokumen kedua, adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo yang ditulis dalam Bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Belanda. Dalam surat itu Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kyai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.

Baca Juga: Belanda boyong 110 perusahaan dalam kunjungan ke Indonesia

Dokumen ketiga berasal dari catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro. Catatan Raden Saleh ini dituliskan di bagian sisi kanan surat kesaksian Sentot Prawirodirjo. Dalam catatan itu, Raden Saleh yang telah melihat dengan mata kepala sendiri keris itu di Belanda menjelaskan makna Keris Naga Siluman dan ciri-ciri fisik keris itu.

Dari ketiga dokumen itu para peneliti di Belanda yakin bahwa keris koleksi Museum Volkenkunde Leiden dengan nomor seri 360-8084 lah yang dianggap paling mendekati dengan kesaksian tiga dokumen itu.

Kemuddian pada Januari 2020 Tim verifikasi dari Viena Austria, Habil Jani Kuhnt-Saptodewo diminta menverifikasi temuan tim Belanda itu menyatakan yakin bahwa Tom Quist dan Johanna Leijfeldt telah menghadirkan dokumen dan arsip arsip yang meyakinkan untuk menyatakan bahwa keris itu milik Pangeran Dipnegoro. 

Setelah itu, bulan Februari 2020 ia diminta oleh Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan kebudayaan untuk menverifikasi hasil temuan Provenant Research di Museum Volkenkunde Leiden itu, untuk memastikan bahwa keris itu milik Pangeran Diponegoro.

"Ini penting karena bukti sejarah tentang Pangeran Diponegoro semakin lengkap. Semoga ini nanti akan diikuti dengan pengembalian benda sejarah lainnya yang masih ada di Belanda," tegas Margana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×