kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45894,51   -1,03   -0.12%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cara Indonesia Investment Authority (INA) dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia


Rabu, 17 Februari 2021 / 20:58 WIB
Cara Indonesia Investment Authority (INA) dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Ridha DM Wirakusumah diperkenalkan sebagai Direktur Utama Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau CEO Indonesia Investment Authority (INA) oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (16/2/2021).


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah telah menetapkan Dewan Direktur Lembaga Pengelola Investasi (LPI), Selasa (16/2). Lembaga yang dinamai Indonesia Investment Authority (INA) ini telah menyusun daftar proyek yang akan dibiayai melalui investasi asing atau foreign direct investment (FDI).

Direktur Utama INA Ridha DM Wirakusumah mengatakan fokus utama INA di tahun pertama yakni mengerjakan proyek infrastruktur antara lain toll roads, bandara, pelabuhan, hingga infrastruktur di sektor jasa lainnya.

“Yang ingin saya sampaikan memang pertama-tama adalah sektor infrastruktur. Itu banyak sekali, walau saya tidak bisa ungkapkan dulu yang mana. Di pipeline kami sih banyak sekali. Tol yang akan kita jalankan dulu, baru nanti sisanya,” ungkap Ridha di Kompleks Instana Kepresidenan, Selasa (16/2).

Kata Ridha proyek infrastruktur terutama jalan tol punya multiplier effect besar terhadap perekonomian. Sehingga, diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi mulai tahun ini.  Dus, INA bisa ikut mendorong laju ekonomi 2021 sebagaimana target pemerintah di level 5% year on year (yoy).

Baca Juga: Investor masih wait and see, berikut proyeksi IHSG hari ini, Rabu (16/2)

Adapun selain infrastruktur, ke depan INA akan mengembangkan sektor potensial lainnya seperti kesehatan, pariwisata, serta sektor potensial lainnya. “Tentunya kita akan melihat secara seksama untuk memastikan bahwa proyek-proyek itu betul-betul bisa membawa good for us and also for our co-investors,” ucap  Ridha.  

Dari sisi permodalan, INA akan mengantongi dana awal sebesar Rp 75 triliun di tahun ini. Angka tersebut terdiri dari Rp 30 triliun cash yang berasal dari penyertaan modal negara (PMN) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2020 dan APBN Tahun Anggaran 2021. Sisanya, berupa inbreng saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dengan modal awal tersebut, INA menargetkan FDI yang akan terkumpul sebesar US$ 20 miliar atau sekitar Rp 280 triliun dalam satu hingga dua tahun ke depan. Modal asing tersebut masuk dalam dua skema yakni master fund dan thematic fund yang akan dibagi sesuai dengan bidang investasi.  

Baca Juga: INA beroperasi, ini rekomendasi analis untuk saham-saham BUMN karya

Direktur Eksekutif Institute for Development on Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan sovereign wealth fund (SWF) di banyak negara mayoritas menggunakan investasi asing untuk sektor telekomunikasi dan informasi, serta sektor keuangan. Sebab, kedua sektor itu menguntungkan, serta punya prospek pertumbuhan sektor yang menjanjikan.

“Uang yang dikelola untuk infrastruktur dalam model SWF di negara lain biasanya hanya sekitar 7% dari total dana yang dihimpun. Karena, sektor infrastruktur punya ketergantungan terhadap sektor lain,” kata Tauhid kepada Kontan.co.id, Rabu (17/2).

Kata Tauhid, jika fokus INA adalah membangun tol road di Sumatera atau Kalimantan, maka investor akan buntung. Sebab, industrialisasi di dua pulau tersebut belum sebesar di Jawa. Sehinga, jalan tol yang dibangun hanya akan dimanfaatkan sebagai lalu lintas masyarakat sekitar.

“Sumatra dan Kalimantan, secara financial belum punya multiplier ekonomi yang besar, paling-paling hanya mengandalkan industri berbasis pertanian, pun ini belum berkembang. Harus ada pusat industri yang besar dan banyak sektor, kalau itu tidak terjadi maka investor akan rugi,” kata Tauhid.

Baca Juga: Investor masih wait and see, berikut proyeksi IHSG hari ini, Rabu (16/2)

Namun demikian, Tauhid menilai investor akan untuk bila fokus INA yakni jalan tol di jalur selatan-Jawa yang menghubungkan dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Selain mobilitas penduduk Jawa yang padat, ekonomi di Jawa merupakan yang terbesar di antara pulau lain.

“Kalau membangun tol roads di Jawa maka masih layak dan bisa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, terlebih di Selatan Jawa memang butuh didorong lagi ekonominya,” ucap Tauhid.

Akan tetapi, Tauhid mengatakan proyek infrastruktur sebaiknya tetap dibiayai oleh APBN, sebab sektor ini sangat riskan bagi investor asing dan pemerintah. “Kalau lewat INA nanti yang tanggung risikonya INA sendiri. Sementara sebetulnya pemerintah sudah menjalin Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam proyek infrastruktur yang risikonya ditanggung kedua belah pihak,” ujar Tauhid.

Selanjutnya: Pemerintah optimistis ekonomi bisa pulih dengan cara mendorong konsumsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×