kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.858   20,00   0,13%
  • IDX 7.303   107,83   1,50%
  • KOMPAS100 1.122   17,21   1,56%
  • LQ45 893   16,28   1,86%
  • ISSI 223   2,00   0,91%
  • IDX30 457   8,66   1,93%
  • IDXHIDIV20 551   11,40   2,11%
  • IDX80 129   1,83   1,44%
  • IDXV30 137   2,38   1,77%
  • IDXQ30 152   3,03   2,03%

Cara Indonesia Investment Authority (INA) dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia


Rabu, 17 Februari 2021 / 20:58 WIB
Cara Indonesia Investment Authority (INA) dorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Ridha DM Wirakusumah diperkenalkan sebagai Direktur Utama Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau CEO Indonesia Investment Authority (INA) oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (16/2/2021).


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

Kata Tauhid, jika fokus INA adalah membangun tol road di Sumatera atau Kalimantan, maka investor akan buntung. Sebab, industrialisasi di dua pulau tersebut belum sebesar di Jawa. Sehinga, jalan tol yang dibangun hanya akan dimanfaatkan sebagai lalu lintas masyarakat sekitar.

“Sumatra dan Kalimantan, secara financial belum punya multiplier ekonomi yang besar, paling-paling hanya mengandalkan industri berbasis pertanian, pun ini belum berkembang. Harus ada pusat industri yang besar dan banyak sektor, kalau itu tidak terjadi maka investor akan rugi,” kata Tauhid.

Baca Juga: Investor masih wait and see, berikut proyeksi IHSG hari ini, Rabu (16/2)

Namun demikian, Tauhid menilai investor akan untuk bila fokus INA yakni jalan tol di jalur selatan-Jawa yang menghubungkan dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Selain mobilitas penduduk Jawa yang padat, ekonomi di Jawa merupakan yang terbesar di antara pulau lain.

“Kalau membangun tol roads di Jawa maka masih layak dan bisa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, terlebih di Selatan Jawa memang butuh didorong lagi ekonominya,” ucap Tauhid.

Akan tetapi, Tauhid mengatakan proyek infrastruktur sebaiknya tetap dibiayai oleh APBN, sebab sektor ini sangat riskan bagi investor asing dan pemerintah. “Kalau lewat INA nanti yang tanggung risikonya INA sendiri. Sementara sebetulnya pemerintah sudah menjalin Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam proyek infrastruktur yang risikonya ditanggung kedua belah pihak,” ujar Tauhid.

Selanjutnya: Pemerintah optimistis ekonomi bisa pulih dengan cara mendorong konsumsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×