Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Desember 2025 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan akhir 2024.
Kepala Departemen Riset Makroekonomi & Pasar Keuangan Permata Bank Institute for Economic Research (PIER) Faisal Rachman mengatakan, penurunan cadangan devisa tersebut seiring meningkatnya ketidakpastian global yang mendorong arus modal keluar.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan cadangan devisa akan berada di kisaran US$ 148 miliar–US$ 153 miliar pada akhir 2025, dengan Rupiah berada pada kisaran Rp 16.300–Rp 16.500 per dolar AS,” ujar Faisal kepada Kontan, Jumat (5/12/2025).
Baca Juga: BI: Cadangan Devisa RI Naik Jadi US$ 150,1 Miliar pada November 2025
Sebagai perbandingan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 tercatat sebesar US$ 155,7 miliar. Sementara itu, hingga November 2025, cadangan devisa berada pada level US$ 150,1 miliar, naik tipis dari US$ 149,9 miliar pada Oktober 2025.
Cadangan devisa bulan November tersebut dinilai masih aman karena mampu membiayai 6,2 bulan impor, atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah—jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Peningkatan cadangan devisa pada November 2025 ditopang penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan utang luar negeri pemerintah. Pada saat yang sama, Bank Indonesia melakukan langkah stabilisasi nilai tukar di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Dari sisi arus portofolio, pada November 2025 mencatat arus modal keluar atau net outflow sebesar US$ 0,10 miliar. Rinciannya meliputi net outflow US$ 0,36 miliar di pasar obligasi. Sementara arus modal masuk atau net inflow US$ 0,73 miliar di pasar saham, serta net outflow US$ 0,48 miliar dari instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Faisal memprediksi arus portofolio masih tertekan dalam jangka pendek karena ketidakpastian global terus berlanjut dan memperkuat sentimen risk-off. Kondisi ini berpotensi memicu arus modal keluar dan menekan nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Cadangan Devisa Diprediksi Masih Tertekan, Namun Berpeluang Meningkat
Neraca Perdagangan Tetap Surplus
Faisal juga memperkirakan, surplus neraca perdagangan diperkirakan tetap berlanjut pada Desember 2025, meski akan menyempit bertahap. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor, terutama karena kebijakan pemerintah yang pro growth.
Impor diperkirakan tetap didominasi barang modal dan bahan baku. Sementara ekspor cenderung menormalisasi setelah percepatan (front-loading) terkait tarif resiprokal dan perlambatan ekonomi Tiongkok. Meski demikian, permintaan dari mitra dagang utama, harga CPO yang masih kuat, serta perluasan perjanjian dagang Indonesia akan menjaga momentum ekspor.
“Kami memproyeksikan transaksi berjalan pada 2025 berada di kisaran defisit 0,4% PDB hingga surplus 0,2% PDB, level yang memungkinkan BI mempertahankan kebijakan pelonggaran,” kata Faisal.
Situasi tersebut dapat mendorong Bank Indonesia untuk melakukan intervensi stabilisasi nilai tukar, yang secara sementara berpotensi menekan cadangan devisa. Namun, dalam jangka menengah, prospek arus masuk modal tetap positif, didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.
Baca Juga: Pemerintah Revisi Aturan DHE SDA, Cegah Dana Kembali ke Luar Negeri
Selanjutnya: Bertemu di KTT New Delhi, Putin dan Modi Membahas Perdagangan dan Perdamaian
Menarik Dibaca: 9 Cara Sehat Konsumsi Biji Bunga Matahari yang Bisa Dicoba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













