kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bunga kredit ekspor LPEI bisa lebih murah


Jumat, 31 Juli 2015 / 10:54 WIB
Bunga kredit ekspor LPEI bisa lebih murah


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintah akan menyuntikkan modal Rp 2 triliun kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk meningkatkan ekspor nasional. Dana yang rencananya dikucurkan tahun depan ini menjadi bagian dari pemberian tugas khusus LPEI oleh pemerintah.

Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Robert Pakpahan mengatakan, LPEI mendapat mandat khusus dari pemerintah untuk mendorong ekspor non tradisional. Maksudnya, ekspor komoditas baru maupun pasar baru.

Suntikan modal Rp 2 triliun akan masuk di Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016. Modal baru ini diberikan seiring dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terbaru Nomor 134/PMK.08/2015 tentang penugasan khusus ke LPEI. Tahun ini LPEI menerima suntikan Rp 1 triliun.

Dengan penugasan khusus, maka LPEI akan memberikan suku bunga pinjaman khusus di bawah suku bunga perbankan untuk pembiayaan ekspor komoditas tertentu yang ditetapkan pemerintah. Saat ini, perbankan umum mengenakan bunga pinjaman antara 8% atau 12% per tahun  untuk pembiayaan ekspor.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, pemerintah berharap ekspor Indonesia semakin kompetitif. "LPEI kita beri tugas menyediakan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi yang secara komersial tidak dapat dilaksanakan," ujar Robert, Kamis (30/7).

Sampai saat ini belum ada kriteria khusus seputar negara tujuan dan komoditas ekspor yang mendapatkan fasilitas bunga rendah ini. Kini pemerintah masih merumuskannya.

Ditargetkan pembahasannya selesai pada September, sehingga pada Oktober 2015 penugasan sudah berjalan. "Kami akan menentukan komoditas yang mau dipromosikan, misalnya, batik atau persenjataan," ujarnya.

Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara DJPPR Bramantio Isdijoso menambahkan, negara tujuan ekspor non tradisional yang bisa mendapatkan fasilitas antara lain Bangladesh, Pakistan, dan Afrika, "Yang jelas ekspornya harus bernilai tambah," katanya. Salah satu contoh ekspor yang bisa dijadikan pilihan adalah produk PT Pindad berupa alat pertahanan seperti peluru dan senjata ke Bangladesh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×