Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 100 basis poin (bps) dua bulan lalu mulai tampak efeknya. Yang paling tampak, naiknya bunga deposito maupun bunga kredit di perbankan.
Meski begitu, BI mengklaim peningkatan bunga perbankan masih sesuai ekspektasi. Catatan BI, rata-rata bunga deposito 1 bulan pada Juli 2018 5,71%, naik 15 bps dari April sebesar 5,56%. Bunga kredit modal kerja juga naik dari 11,97% menjadi 12,13% atau bertambah 16 bps.
"BI melakukan adjustment di global naik 100 bps, tetapi di dalam negeri kenaikannya di bawah 20 bps, ini baik karena tak drastis," jelas Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung BI, Jumat (27/7).
Apalagi, likuiditas perbankan cukup meski BI menaikkan suku bunga acuan. Hal ini tecermin dari bunga PUAB tenor 1 bulan yang sudah turun dari awal Juli 7,1% menjadi 6,2% pada 26 Juli. Sebelumnya likuiditas agak ketat pada musim Lebaran mengingat pola masyarakat Indonesia yang memberikan uang lebaran dengan menggunakan banknotes.
"Jadi agak ketat likuiditas di PUAB. Makanya kami buka term repo dan fx swap, Setelah Lebaran, uang-uang itu balik lagi ke kas bank sehingga kemudian terjadi penurunan suku bunga di PUAB," jelas Mirza.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai proses kenaikan suku bunga kredit dan deposito masih kondusif untuk perekonomian. Namun ia memperkirakan BI juga masih akan menaikkan suku bunganya sebesar 50 bps mengikuti kenaikan suku bunga The Fed yang dispekulasikan akan naik pada September dan Desember. Walhasil, tren kenaikan bunga deposito dan kredit akan berlanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News